Crazy Time

Ada Apa dengan Ibu

Lihat! Ibuku baru saja menyebut dua nama laki-laki berikut pekerjaan, pendidikan terakhir, dan nama orangtuanya dalam sekali duduk. Tiba-tiba saja Ibu menghampiriku yang sedang asyik membaca buku. Jadi, sebagai anak yang ingin berbakti aku menutup buku dan melepas headset.
"Terus?" Tanyaku pura-pura bodoh.
"Mereka sedang mencari calon istri."
Lalu, Ibu pergi begitu saja. Dan aku hanya bisa melongo.

Homesweethome, 15 Juli 2016



Benhur dan Obrolan Jodoh

Sekarang, saat aku menulis ini. Aku sedang berhadap-hadapan dengan adikku yang nomor 3. Namanya Kholqin Jadid, biasa dipanggil Didi. Dia berselonjor di sofa panjang, sementara aku duduk dengan kedua kaki diangkat ke bantalan sisi sofa lainnya. Nggak sopan. Jangan dicontoh, ya. Kami sedang membaca buku sambil sesekali berdiskusi. Mendiskusikan buku yang sedang dibaca. Bedanya dia membaca buku berjudul "Misykat" yang ditulis oleh ustadnya (dan jangan tanya aku apa artinya misykat itu). Sedangkan aku membaca teenlit yang entah ditulis oleh siapa.
Kadang kami mendiskusikan fenomena di desa ini. Oh, aku lupa, sekarang kami sedang mudik. Adikku lebih tepatnya. Kalau aku sendiri akan bersemayam di rumah ini untuk waktu yang tidak ditentukan. Sambil menunggu jodoh. #Eh?
"Kok, aku gak liat benhur ya dari kemarin?" Celetukku tiba-tiba.
"Eh, iya ya, kok aku baru nyadar?" Sahut Didi.
"Kemana perginya kuda-kuda dulu itu? Sudah punah kah?"
"Entahlah... aku mana tahu." Jawab adikku, suaranya teredam suara motor yang lewat di depan rumah.
"Kenapa kampung ini jadi berubah kayak kota? Dulu, jam segini udah sepi." Aku melirik jam di pojok kanan atas layar ponsel yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. "Di daerah kosanku di Bandung, jam segini udah mulai sepi lho."
"Sama, di Ponorogo malah jam 8 toko-toko udah pada tutup."

Sudah empat hari berlalu sejak aku tiba di sini, tidak ada satu pun aku mendengar suara kaki kuda seperti dulu, sewaktu aku mudik beberapa tahun lalu. Benhur atau barangkali lebih dikenal dengan istilah delman, dulu adalah salah satu alat transportasi yang paling dominan di Bima. Khususnya di kampungku. Bis atau angkutan umum yang disebut "bemo" masih bisa dihitung jari. Anehnya, sekarang bemo itu pun sudah tidak aku lihat batang spionnya. Sekarang yang banyak malah beberapa mobil bak terbuka untuk menampung barang, juga orang. Seperti yang pernah aku lihat di daerah Cicalengka menuju curug Cinulang, berjejer mobil bak terbuka untuk menampung manusia. Seperti itu desaku sekarang. Selebihnya orang-orang sudah memiliki kendaraan pribadi, mobil maupun motor. Dalam satu rumah kurasa mereka memiliki minimal 1 motor. Itu minimal. Ini di rumahku saja terparkir 4 motor, 2 motor bebek dan 2 sisanya matic. Aku tidak bisa bangga atau pun sombong dengan hal ini karena aku tahu itu motor semuanya pasti dibayar nyicil. Buktinya Ibu selalu mengeluhkan harus bayar utang tiap bulan. Dan mewanti-wanti kepadaku agar jangan sekali-kali belajar berutang. Dan aku baru tahu kalau berutang adalah sebuah pelajaran. Jadi, sebenarnya buat apa beli.. eh, ngutang motor sebanyak ini? Oh, jawabannya karena sudah minim atau hampir tidak ada angkutan umum. Adik-adikku pasti tidak mau pergi sekolah dengan menaiki mobil bak terbuka bercampur-baur dengan ibu-ibu yang ke pasar. Sementara semua orang di kampung ini ke mana-mana pakai motor.
Jadi, sudah seharusnya saat lebaran kemarin aku tidak perlu terkejut melihat anak kecil yang aku perkirakan umurnya belum genap 10 tahun mengendarai motor dan membonceng teman yang tidak lebih besar darinya. Dan tanpa memakai helm.

Sekadar informasi, di sini orang-orang tidak menyebut motor untuk kendaraan roda dua itu, tapi Honda. Ya, walaupun motor itu merk Yamaha seperti Mio atau punya Suzuki, tetap saja disebut Honda. Honda Mio, Honda Suzuki, Honda Jupiter, Honda Satria, Honda Spin, pokonya semua honda. Ini sejenis dengan sebutan "Supermi" untuk semua jenis mie instan, semua air mineral disebut Aqua, dan semua jenis obat nyamuk bakar yang biasa dengan sebutan Baygon walaupun yang dibeli adalah Tiga Roda atau Domestos Nomos. Bicara soal nyamuk, tidak seperti Bandung atau Malang. Di sini sama seperti Surabaya, banyak nyamuk. Dan tidak hanya nyamuk binatang kecil menyebalkan itu. Di sini juga banyak nyamuk jadi-jadian. Sudahlah, aku tidak ingin membahas ini. Tapi, apa lagi yang bisa dibahas? Ini yang sedang kupikirkan sekarang dan sejak aku menginjakkan kaki di tanah yang membesarkanku. Ya, orang-orang di sini sebenarnya tidak aku ingin ibaratkan dengan nyamuk, itu terlalu berlebihan. Tapi, aku terlanjur digigit. Dibuat shock. Bagaimana tidak, hari pertama aku di rumah, langsung diinterogasi sama Ibu.

"Katanya kamu lagi deket sama seseorang?"
"Gimana, Bu?" Tanyaku memastikan tidak salah denger.
"Orang sini juga, katanya kerja di Jakarta, staf ahli apa gitu." Lanjut Ibu cukup yakin aku mendengar pertanyaannya di awal. "Makanya kamu mau pulang sekarang, katanya kamu mau nikah sama orang itu."
"Katanya... katanya siapa, sih, Bu? Lagian, kan, aku pulang karena Ibu yang minta. "
"Kata tetangga, kata semua orang di sini. Beritanya menyebar di mana-mana kalo kamu bakal nikah sama anaknya Haji...." Aku tidak lagi mendengar nama yang Ibu sebut. Aku cukup shock dengan kabar ini. Bagaimana mungkin aku bahkan tidak tahu kalau aku bakal menikah dengan orang yang bisa kupastikan orangnya nyata karena Ibu tadi sempat menyebut nama orangtuanya. Duh, yang benar saja.
"Siapa, Bu? Siapa yang kerja di Jakarta itu?"
"Lho, kok malah nanya Ibu?"
"Masalahnya aku aja baru tau berita ini dari Ibu."
"Haha... kok, lucu. Ibu nggak tahu namanya, entah siapa mereka kemarin bilang, lupa, tapi Ibu kenal orangtuanya. Emang beneran nggak ada yang nelepon ngajakin nikah atau apa gitu?"
"Nggak ada. Kalau ada aku pasti bilang."
"Hmm... mungkin orangtuanya yang pengen."
"Pengen apa?"
"Pengen kamu nikah sama anaknya sampe ada gosip kayak gitu."
"Astaga, aku berasa jadi artis yang digosipin infotainment."
"Yaa... namanya juga hidup di sini. Nggak kayak kota besar. Orang-orang pada cuek."
"Susah, sih, emang kalau seumuran aku masih belum nikah juga. Pasti banyak fitnahnya." Aku bergumam lebih kepada diriku sendiri.
"Jadi, gimana kalau kamu nikah sama ****** aja? Orangtuanya udah setuju, lho. Apalagi Umminya pengen banget kamu nikah sama anaknya."
"Itu, kan, Umminya. Anaknya belum tentu mau." Jawabku sekenanya, tentu saja membuat hatiku sendiri sakit. 😂
"Ya nggak tahu juga, sih, Ibu belum nanya langsung ke anaknya. Tapi, buktinya tadi dia datang ke sini. Emang dia nggak bilang apa-apa ke kamu?"
"Bilang apa-apa gimana? Tadi, kan, duduk bareng semua di sini."
"Ya kali aja kalian smsan atau apa itu yang pake internet?"
"Chattingan? Ada juga chat-nya gak ngajakin nikah, tuh. Dan jangan sampai."
"Loh? Kenapa? Kamu sendiri, gimana?"
"Nggak, ah. Jangan dia lah."
"Iya, tapi kenapa?"
"Nggak aja. Tapi, kalo jodoh nggak akan ke mana, kok."
"Emang kamu mau nikahnya kapan? Udah hampir 28 tahun, lho."
"Ntar juga kalo udah waktunya dan jodohnya datang, aku nikah juga, kok, Bu. Nggak usah terlalu dipikirin." Padahal aku sendiri sedang sangat memikirkan hal itu.
"Kalo sama yang temen kamu itu gimana? Apa dia ada mengatakan sesuatu."
"Nggak ada, Bu. Dan dia cuma teman yang baik sekali."
"Gimana kalau kamu kenalin dia ke Ibu. Coba telepon dia sekarang." Pinta Ibu yang membuatku frustasi. "Biar Ibu bisa bantuin tanya langsung ke dia. Jadi, kamu nggak nolak orang terus."
"Aku gak pernah menolak orang, Bu. Merekanya aja yang pergi sendiri."
"Iya, tapi setelah kamu tidak merespons. Sini, kenalin ke Ibu temanmu itu. Telepon ato video call."
"Ya ampun, nggak perlu sampe segitunya. Ibu mau anakmu ini semakin menyedihkan?" Lebih tepatnya aku takut menghadapi kenyataan.
"Kalo gitu, sama yang kerja di Tel*** itu gimana?"
"Ibuu..."
"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh... pengumuman, pengumuman... &÷¥×()&#$@^59',,!@##$*..."

Aku beruntung diselamatkan oleh pengumuman yang terdengar dari pengeras suara masjid. Tapi, tidak jika aku masih duduk di sini. Itu adalah pengumuman bahwa besok akan ada penyelenggaraan pernikahan. Ada yang nikah lagi? Astagaa, sejak dua hari setelah lebaran, ini yang nikah hampir setiap hari. Oh, bukan hampir. Beneran setiap hari. Sebaiknya aku mengambil langkah seribu kembali ke kamar.

Tunggu, lagi-lagi, ini kenapa, sih, yang dibahas masalah ini lagi? Tadi awalnya lagi bahas Benhur, loh, ya. Ampun, deh, mungkin ini nggak akan berhenti sampai aku beneran nikah.
Oh, jodoh, di manakah gerangan dirimu? Kapan mau datang ke rumah orangtuaku? Kebetulan aku sedang pulang, nih. Jarang-jarang, lho. #kodekerassekali

Bima, 9 Juli 2016



Doa dan Kebetulan?

Pernahkah kamu melakukan hal konyol yang hanya kamu sendiri dan Tuhan yang tahu? Mungkin semua orang pernah melakukannya. Dan saya sering sekali melakukan hal konyol itu. Tapi, yang ini adalah hal terkonyol yang pernah saya lakukan. Bagaimana tidak. Duh, sebenernya saya tidak ingin membocorkannya, tapi karena ini adalah hal yang "ter", terkonyol maksudnya. Jadi, baiklah, saya akan menceritakannya.

Suatu hari saya akan berangkat ke luar kota. Dengan perasaan riang gembira saya menyiapkan segalanya. Packing-packing sambil bernyanyi. Saya akan bertemu Pakde, Bude, dan juga teman-teman yang sudah lama tak bersua. Sekalian pamitan sama mereka. Pamitan mau ke manaaa juga saya nggak yakin sebenernya.

Malam sebelum keberangkatan itu ponsel kesayangan saya--karena memang satu-satunya--mendadak nge-heng. Mendadak banget. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Dimatiin, nggak mau mati. Coba bongkar, dikeluarin batrei, microsd, simcard, dan tetek bengeknya. Dipasang lagi. Dinyalain, tidak merespon, cuma sampai reboot. Saya panik. Dikeluarin lagi batrenya, trus dinyalain lagi, tetep tidak memberikan tanda-tanda baik. Ibarat pasien di ICU, monitornya sudah garis lurus, mengeluarkan suara tiiiit yang panjang. Sebenernya saya mau panggil dokter atau suster, tapi, saya masih sadar kalau ponsel hanya sebuah benda mati--yang bisa hidup, dan saya sedang tidak di rumah sakit. Jadi, saya hanya bisa bingung. Ini gimana mau ngehubungin orang-orang yang mau dikunjungi?

"Ya Tuhan, gimana ini? Kenapa dia mendadak mati, padahal dari kemarin baik-baik aja. Tolonglah, Tuhan. Biarkan hp ini nyala lagi setidaknya sampai aku pulang. Mana asik duduk di kereta 16 jam nggak dengerin musik? Tolong Tuhan... pliiis..."

Lalu, saya coba kembali menyalakannya, tetap sama. Ponsel itu bergeming. Berkali-kali saya coba bongkar pasang sambil komat-kamit merapalkan berbagai doa. Mau bacain surat Yasin, kepanjangan. Barangkali doa sebelum makan dan doa sebelum tidur bisa membantu. Tapi sayangnya tidak, tetap tidak menunjukkan tanda-tanda malaikat mautnya bakal balik lagi mengembalikan nyawa si ponsel kesayangan. Malam itu, saya sampai nggak mood mau ngapa-ngapain, bingung. Ya ampun, hanya sebuah ponsel padahal. 

"Ya Tuhan, baiklah, baiklah... aku ke sana hanya akan ketemu Pakde, Bude, sama temen yang bakal aku inepi rumahnya. Udah itu aja. Janji. Nggak bakal macem2. Nggak bakal ketemu siapa-siapa lagi. Tolonglah... Pliiiiisss... " Doa itu terucap, bahkan sampai meneteskan airmata. Ini serius. God, ampuuun... saya sampai nangis hanya karena masalah ponsel, bukan karena inget dosa yang udah menggunung. Lebih nangis lagi, waktu saya coba menyalakannya, ponsel itu nyala dengan sukses dan ceria, tanpa merasa bersalah sedikit pun. 

Astaga... saya bingung harus nangis bahagia atau sedih. Jelas saya terharu, sampai sujud syukur karena malaikat maut mengembalikan nyawanya. Nggak kebayang, deh, duduk diem di kereta 16 jam baca buku tanpa dengerin musik. Itu diluar kebiasaan. Kurang keren. Akhirnyaaa... terima kasih, Tuhan.

Tapi, saya bingung inget doa yang terakhir tadi. Jadi, serius yang tadi itu? Baiklah, Tuhan... baiklah, janji harus ditepati. Perhatikan tanda-tanda. Belum saatnya. Kalau memang diizinkan, langit, bumi, dan seluruh isinya akan berkonspirasi. :-( 

Tuhan Maha Berkehendak.
Atau saya memang sedang melakukan hal konyol?
Entahlah... yang pasti Tuhan Maha Mengetahui apa-apa yang bahkan hanya terlintas di benak. Dan Tuhan Mahabaik.

Alhasil, saya hanya melakukan perjalanan pergi dan pulang mengantar teman liburan, ikut ke mana pun mereka inginkan. [ ]

3 Juni 2016





Baiklah, saya tau ini tulisan-tulisan pernah diposting di note fesbuk dan di blog domain multiply yang udah gulung tikar, ga produktif banget kan?

bukan apa-apa, dari pada page ini kosong melompong kayak page di  sebelah tuh..mending saya copy paste tulisan yang rada ga beres di fesbuk itu aja, cocok juga kan sama judul page-nya..





Wawancara Kerja



Ini adalah interview paling dahsyat yang pernah saya datangi (ato ikuti yah?).  asli, saat itu yang saya jalani adalah BIB, bukan interview biasa (disadur dr bukan bintang biasa, halah), saya tidak hanya ditanya ato diwawancarai, tapi lebih pada diceramahi. Saya justru diberi tau gimana cara menjawab pertanyaan dan apa yang seharusnya saya jawab. Nah lho? Ini yang punya jawaban saya ato interviewernya??

Tidak lama menunggu, saya langsung dipanggil pertama (karena emang saya yg datang pertama). Saya diantarkan oleh resepsionisnya ke lantai 2 dan dipersilahkan masuk ke dalam sebuah ruangan yang saya tahu hanya satu ruangan itu yang terlihat eksklusif dan ‘angker’. Seorang laki-laki berkulit putih mata sipit (tampang2 bos kaya gitu) di dalam ruangan angker itu, dinginnya AC yang menusuk gigi menambah ke-horor-annya. Saya mencoba menghilangkan rasa tegang dan mengucap selamat siang dengan PeDe yang dibuat melebihi batas kadar muatan pada laki-laki paruh baya tersebut. “silakan.” Singkat, padat, pelit. Hanya menoleh sebentar ke arah saya, lalu kembali pada kesibukannya, entah apa, ini bener yang mau wawancara? sambutan yang sangat amat dingin saya rasakan, kalo bisa saat itu juga rasanya saya ingin keluar lagi dan pulang nangis-nangis sama ibu, halah lebay! Tapi, saya masih sadar dan segera teringat kembali, saya jauh-jauh kesini buat wawancara. Jika saya langsung keluar juga saya tidak punya jawaban apa jika ditanyakan oleh beberapa karyawan diluar yang sedang berkerja melihat saya baru keluar tiba-tiba, padahal baru masuk. Okeh, mari kita hadapi saja orang ini, positif thinking! kita sama-sama makan nasi, dari bumi yang sama bukan dari planet lain, sama-sama orang Indonesia, Cuma beda ayah ibu saja. Lha emang!! --”

Apa tujuan anda kesini? pertanyaan pertama setelah sebelumnya saya disuruh memperkenalkan diri. Mendengar pertanyaan itu, terlintas dalam pikiran error saya, ya jelas-jelas buat wawancara kerja pak….pak…., masa mau ngajak berantem?
Tapi, saya teringat kalau saat ini saya sedang  interview dan untuk ini tidak boleh dijawab seenak perut saya. Sebelum-sebelumnya saya sudah banyak membaca mengenai jurus jitu interview kerja, rahasia sukses wawancara, cara menjawab pertanyaan saat wawancara kerja, cara-cara menyaji masakan nusantara, lho, hubungannya lho? berdasarkan ilmu mandraguna dari beberapa buku tersebut semua pertanyaan dan jawabannya hampir sama, bagian HRD perusahaan apa ga bosen ya denger jawaban pastinya gak bakal beda jauh?

Setelah menjawab dengan segala kepalsuan (berdasakan bahan bacaan), pertanyaan kedua adalah; apa yang ibu Nina (cailah, saya dipanggil ibu??) tahu mengenai nilai-nilai inti MTsc?
Jdieeenkk!! Pertanyaan macam apa ini? Ini kan gak ada di buku referensi saya pak? Tidak pernah saya mimpikan ataupun bayangkan sebelumnya. Bukan, bukan, ini ada di pertanyaan nomor sekian bahwa, pelamar harus mempelajari perusahaan yang akan dimasuki, harus mengenal, minimal mengetahui seluk-beluk perusahaan tersebut. Minimal! Daaan yang minimal ini terlupakan oleh saya. Jelas aja, saat menerima telpon panggilan interview tersebut yang saya persiapkan bukannya mempelajari MTsc, tapi langkah pertama, menghubungi adik saya di Bogor, kabarin besok saya akan segera tiba di sana, siapkan sambutan Red Carpet dan pelayanan eksklusive, service excellence, pelayanan untuk tamu agung! Ini mau ngapain??? Langkah kedua, cari pinjeman duit buat ongkos. Aslinya sih bukan pinjem, tapi minta sama ortu, biar kerasa aja daruratnya, hehe… langkah ketiga, sms penjual tiket KA (calo langganan), jadi kaga perlu ngantri lama-lama di stasiun  Malang, karena pengalaman di atas jam 10 pagi tiket pasti sudah ludes. Heran deh, selalu ada yang melakukan perjalanan tiap hari, orang-orang nih pada mau kemana sih? Masa iya tiap hari bolak-balik Malang-Jakarta?? Tapi kok tiap hari tiket selalu saja habis?? Tapi, yasudahlah,,ngapain juga bahas ini?

Kembali ke topik! Dengan bakat mengarang indah yang memang indah banget saya menjawab pertanyaan itu, mana bisa nilai-nilai inti yang terdiri dari kalimat-kalimat paten sebuah organisasi dikarang-karang??
Sambil geleng-geleng bapak itu dengan tega-nya bilang “mengarang anda ini! Saya tau anda mengarang!” ya Alloh ya Tuhan…apakah saya sedang berhadapan dengan dukun? Kok dia tau?

To be continue….



obat ngantuk


by Nina Pradani on Monday, June 25, 2012 at 6:24am ·


biar ga tidur lagi setelah bergadang selain dengan minum kopi adalah menyalakan musik kenceng-kenceng, *ga enak sama tetangga. Selain dengan menyalakan musik kenceng-kenceng adalah dengan bersih-bersih kamar, *masih gelap. Selain dengan bersih-bersih kamar adalah dengan mencuci pakaian atau piring kotor, *airnya dingin. Selain dengan mencuci pakaian atau piring kotor adalah dengan menyetrika baju *takut listriknya jeglek. Selain dengan menyetrika baju adalah dengan menulis.






Yah! dengan menulis!

Oleh karena otak saya sedang berada pada gelombang Theta 4 hz (Theta Wave), dimana pusat saraf (otak) mengalami keadaan tidak sadar atau sangat mengantuk, akibatnya saya tidak ada ide sama sekali. Jadi, saya tulis cerita yang baru saya baca aja, setuju? (bertanya pada dinding yang tidak bergoyang, kalo sampe bergoyang berati gempa)

Begini ceritanya,

Suatu ketika, Nasrudin meminjam kuali kepada tetangganya. Besoknya, ia mengembalikan kuali itu, dengan ada tambahan kuali kecil di dalamnya.

''Lho,'' kata tetangga Nasrudin, kok ada kuali kecil?''

''Semalam kualinya beranak,'' jawab Nasrudin.

Walau tetangganya menganggap Nasrudin sudah gila atau dungu, ia senang atas kuali tambahan itu.

Ketika esoknya Nasrudin meminjam kembali kuali yang dulu ia pinjam, si tetangga meminjami dengan sukacita dan berharap kualinya ''beranak'' lagi.
Sehari, dua hari, berhari-hari Nasrudin tak mengembalikan kuali itu. Akhirnya, si tetangga menagih.

''Oh,'' kata Nasrudin, ''kuali itu sudah meninggal.''

Tentu saja, si tetangga marah besar.

''Mana ada kuali meninggal, kuali kan benda mati?'' kata si tetangga.

''Lho,'' kata Nasrudin, ''kemarin kamu percaya waktu saya bilang kualinya beranak.''


Hikmah: betapa kebanyakan orang akan membiarkan saja sesuatu terjadi ketika hal itu menguntungkan dirinya, dan dia akan bersuara keras untuk protes ketika sesuatu itu merugikan dirinya. dan berpikirlah sederhana.

Pertanyaan: Nasrudin itu anaknya siapa dan bapaknya siapa?


Saya, Nina Pradani.
Sekian.
Wassalamualaikum warohamatullahi wabarokaatuh. *ala comic*





============================================================


mendadak ga beres

by Nina Pradani on Thursday, June 14, 2012 at 1:46am ·


eh, iya ya, tiba-tiba aja kepikiran pengen nge-note, kayak 'what's on your mind'-saya barusan, saya baru aja kelar nonton film yang lumayan bagus, judulnya 'Tendangan dari Langit'. entah dari mana datangnya pertanyaan di otak saya, (mungkin dari perut yang kelaperan tengah malam akibat malas makan tadi), siapakah yang menendang???

jika diartikan secara kasat mata (maksodnya?) Tendangan dari Langit berarti ada yang menendang, dan yang menendang itu ada di Langit.
masa' iya malaikat yang nendang?! sedari kecil saya belum pernah mendangar cerita malaikat main bola. yang ada dongengnya ibu saya dulu malaikat penjaga pintu, dalam hal ini, pintu surga dan pintu neraka. Lalu, malaikat pemberi rejeki (wahyu), dulu saya berpikir malaikat ini pasti kalau di kalangan manusia disebut konglomerat nan dermawan, baik hati, tidak sombong, dan tidak suka menabung.
adapula malaikat pengawas yang ada di pundak kanan dan kiri kita. Konon katanya mereka berdua sering berebut banyak-banyakan nyatet amal baik dan buruk kita. hebat ya mereka, gak pernah capek nyatet mulu. Itu pernyataan anak umur 3 tahun. Yah, jika di kalangan manusia, pasti mereka punya cita-cita pengen jadi penulis.

lalu, ada lagi malaikat panjaga kubur.
Oh, owh... Bukaaaan..! Bukan itu maksudnya... mereka berbeda dengan manusia yang bekerja sebagai penjaga kuburan itu. mereka ibarat resepsionis, jadi begitu manusia masuk rumah keabadiannya, manusia langsung disambut dan diberi beberapa pertanyaan. Jangan kamu pikir bakal ditanya ''selamat datang, ada yang bisa kami bantu?''
ato kalo yang masuk ke rumah yang punya bahasa angkernya liang lahat itu seorang bule, bakal ditanya ''Good night, what can I do for you?''
Kagakk...!
bukan itu yang bakal ditanyaain, mas bro dan mbak sis sekalian, bukan itu.
tapi, pertanyaan wajib dijawab, dan bisa ato tidaknya kita ngejawab itu tergantung dari amal kita hidup di dunia.
Eh, kok jadi merinding dewe, sebaiknya kita pergi dari kuburan, maksudnya kita cukupkan bahas malaikat yang ini.

Mari kita beralih ke malaikat yang lain lagi,

tunggu!

kenapa jadi bahas malaikat????
tadi kan lagi ngomongin film tendangan dari langit, yang perlu saya tanyakan ke hanung bramanto apa maksudnya? trus dia pakai majas apa? kaloo katemu orangnya.

Lalu, niatnya saya mau bahas dan nge-data juga judul-judul film yang aneh lainnya.

Tapi, sepertinya ngantuk sudah menggerogoti pelupuk hidung, eh, pelupuk mata saya. Besok sajalah...



========================================================


unintelligible
by Nina Pradani on Monday, June 11, 2012 at 11:04pm ·


pas lagi serunya nonton spanyol vs itali, dari belakang gawang ada bola melayang gitu aja yang langsung ditangkap kiper itali (ga tw namanya, ga pegang itali), ga mungkin bola itu melayang gitu aja kan? pasti ada yang ngelemparin dari luar.



Naah,,sejak saat itu lah (padahal juga baru semalem) saya jadi memperhatikan lemparan bola dari luar itu, siapa sih gerangan dirinya yang melempar bola itu?



Jadi teringat juga filem ''tare zamen paar'' waktu si siapa lagi tuh namanya, kan lupa lagi! ya anak kecil itu lho,, yang dia disuruh temennya ambil bola yang keluar lapangan, terus dia lempar, kaan? eh gara-gara dia punya kelebihan yang bahasa kerennya dyslexia, melenceng dah tuh lemparan bolanya. dia tidak dapat menghubungkan ukuran, jarak, dan kecepatan. Bola ukuran berapa, dari jarak seberapa, menggelinding dengan kecepatan seberapa, jadinya malah lemparannya ke arah lain.

akhirnya dia digebukin dah sama temennya yang jengkel, nasibmu nakk..nakk...



yap! inilah yang saya pikirkan!

bukaaan, bukan itu. bukan tukang lempar bola di pertandingan sekelas euro yang kena dyslexia. Eh,iya, gmn kalo beneran orang yang itu kena dyslexia ya? ato si Iker yang kena?

Pasti bolanya bakal melayang ke pemain lawan, lebih parah lagi ke penonton.

Wah,,wah,,,Waduuuhh..apaan sih..?? ya doi ga bakal jadi kiper lah!



tapi.... yang mau saya bahas nih apakah orang yang membantu mengambilkan bola itu sukarela ato digaji?

Kalo saya ga dibayar juga gak apa deh, yang penting bisa menjadi saksi hidup pertandingan klub-klub besar di dunia itu.

Gak apa saya ikhlas, ridho dunia gak akhirat untuk pekerjaan ini.



Hemm.. berbicara masalah pekerjaan, pekerjaan jadi tukang ngambilin bola ini apa bisa dimasukkan dalam daftar job experience ya?

entahlah, tapi ini salah satu dari jutaan pekerjaan yang gak punya surat referensi, mungkin.

mari coba didata satu per satu;

1. traffic helper alias tukang 'ngepek'.

keberadaan mereka sangat urgent dan dibutuhkan bagi pengendara kendaraan roda dua terlebih roda empat, terutama di perempatan, pertigaan, ataupun perduaan jalan, lebih lagi di tempat-tempat putar balik.

2. Lottery gals, gadis-gadis pembawa undian, maksa banget gak sih?

Ini maksudnya mbak-mbak cantik yang bawa guci atau toples isi nomor undian kuis-kuis di tipi itu lho. ada yang kepikiran ga sih nambah daftar pengalaman kerja untuk ini?

3.



Tunggu, tunggu! Inggris vs Prancis udah mulai nih..



lanjut lagi

3. pengisi suara iklan televisi ato yang saya beri nama 'ad talk filler''.

Kebayang gak sih klo di iklan-iklan itu tanpa ada suara orang dibalik layar yang marketing abis itu?

inget ga suara bapak-bapak yang berat-berat mantab gitu di beberapa iklan rokok.. ''pilihan pria sejati!'' haha...seinget saya aja ya.

Ada juga suara yang semangat empat lima di iklan-iklan minuman isotonik. Suara yang anak nongkrong banget di iklan kopi good day, ''Renaaaa... rasanya tau si dia single lagi tuuh.. kayak ngebelah atmosfir berlapis-lapis..meluncuuur bareng paus akrobatis...terus ngebut menuju rasi bintang paliiiiiiiiiing manis.. Karna hidup banyak rasa!''

dan kamu tau anak nongkrong jenis apa yang punya suara ini? Anak nongrong galau!



cari ide lagi....ting! Menghilang...




====================================================



lady ga ga ga kuat..
by Nina Pradani on Wednesday, May 16, 2012 at 9:27pm ·


yang menjadi pertanyaan pertama saya,
kenapa headlinenya harus konser lady gaga?

mbak Gaga, kedatanganmu heboh buangett, kalah-kalahinnn... *pikiran melayang, inget waktu jaman kuliah ikut aksi tolak Bush*
yap! hebohhnya kalah-kalahin kehebohan waktu presiden amerika itu mau dateng ke negeriku tauk!
ga nyangka masalah entertain jadi seseru dan seserius ini.

coretan ini pun jauh dari keinginan untuk menyetujui atau pro si Gaga mendarat di sini, tidak pula gak menolak kedatangan selebritis yang lagi naik pohon itu.

komentar beragam bermunculan dari berbagai pihak, dari masyarakat umum, petani, nelayan, mahasiswa, ormas, buruh, politisi, lawyers, pemerintah, selebriti, dan berbagai pihak lainnya, ada yg menolak dengan lantang, setuju dengan syarat, dan setuju tak bersyarat, bahkan sangat menginginkannya, tentu yg terakhir ini adalah fans beratnya.

nnahh,,yang bikin saya heran setengah hidup nih, yang diidolain dari mbak Gaga ini apanyaaaaaa ya?
cantik? masih cantikan ayu ting-ting lah. suara? Masih bagusan suaranya agnes monika deh.
nyentrik? masih kalah nyentrik sama teh melly goeslaw kayaknya.
dance? inul daratista lebih mantab dancenya. Jamin deh si Gaga ga bisa niruin.
lalu, apanya yang diidolain? Saya masih ga habis pikir, dan kemungkinan besar pikiran saya emang ga bakal habis, apa yang diidolain dari sosok itu? Lagu-lagunya ga bagus-bagus amat.
Apa karena keberaniannya pake baju dari daging? saya juga ga mw bikin penggemarnya naik darah sih, saya sekedar bertanya saja pada diri saya sendiri sebagai orang yang awam seni dan ga paham fashion atau tren. dan jika ini tentang fashion, saya masih menunggu orang kedua yang mau memakai baju berbahan daging itu.

Mengenai baju juga, rencananya si Gaga mw nyanyi pake baju batik.
boleh lah. Tapi saya juga keberatan, kenapa cuma batik doang? gak apa apa deh mbak Gaga konser di negeriku. eits, asalkan,
Pertama, nyanyi lagu pertama pake batik, lagu kedua pake baju bodo, lagu ketiga pake kebaya, lagu keempat pake baju adat bima, lagu kelima dan seterusnya pake baju adat daerah-daerah di negeri ini. Hahahaa,,,*sambil membayangkan*
Kedua, lagu pembuka harus nyanyi lagu indonesia raya, dan lagu penutupnya alamat palsu punya ayu ting2.
Ketiga, gak ada.

Terakhir yang masih gak habis dari pikiran saya nih,,um,,em,,um,,,
eh, udah terakhir, berarti udah habis.

Sekian aja lah.



===========================================================

Ikhlaskan

by Nina Pradani on Saturday, May 5, 2012 at 12:58pm ·


pikiran pertama yang muncul melihat apa yang terjadi pada diri saya hari ini adalah ''apa saya gak baca doa pas keluar dari rumah tadi, ya Alloh''??
''apa saya kurang beramal??''
Kejadian hari ini hampir membuat saya menangis, mata saya panas, ingin mengeluarkan air mata kemarahan, kekecewaan, dan penyesalan. saya baru merasakan emosi marah yang luar biasa seperti ini.
hari ini saya sedang melakukan perjalanan ke negeri reog, Ponorogo
(saat tulisan ini diturunkan saya masih di dalam bis), agenda menjenguk adek.

Pertama, saya parkir motor bukan di tempat biasa, tumben juga saya parkir disitu.
Saat masuk parkiran saya nunggu tukang 'penulis karcis'nya (saya tidak menemukan nama job position yg tepat) menuliskan nopol motor saya, lalu saya akan bayar. tukangnya bilang ''masuk aja dulu dek'' oke, lalu saya masuk, ini hal biasa untuk menghindari antrian panjang. Setelah memastikan kontak motor sudah di dalam tas (biasanya suka ketinggalan) saya pun keluar dan ambil karcis.
''lima belas ribu mbak?''
kata tukang parkir tanpa melihat saya karena masih sibuk dengan job function-nya sebage penulis nopol.
Tadi waktu masuk bilangnya 'dek' sekarang 'mbak'?? gak konsisten.
''berapa pak???'' kurang yakin dengan yang saya dengar.
''lima belas ribu!'' sambil menyerahkan karcisnya.
saya pelototin karcis itu, masih gak percaya.
''lima belas ribu????? saya ambil besok lho pak motornya.''
''iya mbak, minggu-senen lima belas ribu.'' tukang parkir itu meyakinkan.
''wah,,kok mahal??''
''itu mbak tarifnya'' ujarnya sambil menunjukan papan yg tertempel di dinding yang tidak keliatan saat masuk, seperti disembunyikan (astaghpirulloh.. Su'udzon)
dengan muka berkerut saya mengeluarkan rupiah lima belas ribu itu, masih gak percaya.
dan bersumpah dalam hati gak bakal parkir disini lagi.

Kesalahan saya;
pertama, saya gak langsung ngamuk dan marah-marah di depan orang itu sambil mengeluarkan motor saya, ke parkiran langganan ato cari parkiran lain.
Kedua, minimal seharusnya saya tanya jika saya keluar lagi saya harus bayar berapa? tindakan ini baru kepikiran saat jalan ke arah bus dalam terminal.

Belum kelar kekesalan akibat parkiran yang nyaris saya lupakan. ada lagi.
Saat saya memasuki lorong tempat tunggu bis antar kota, mata saya sudah melihat ke arah bus berwarna ijo yang biasa saya tumpangi. Tapi, saat berjalan ke arah bus tersebut saya ditanya sama bapak2 berseragam
''mau kemana mbak?''
seperti biasa saya jawab ''ke ponorogo'' sambil tetap berjalan ke arah bis yang biasa saya naikin. anggapan saya seperti biasa mereka pasti mengarahkan ke arah bis yang saya tuju tadi, meskipun sebenarnya saya gak butuh diarahkan. Tapi, lain ceritanya dengan bapak berseragam ini, dia menarik dan mengarahkan saya ke bis lain yang persis di sebelah kiri saya, tulisannya juga sby-madiun-ponorogo, oh ya oke, saya nurut saja, ''iya,iya! tapi gak usah ditarik kayak gini juga kali pak.''
''oh iya, maaf mbak,''
Melihat kondisi bus yang kelihatan penuh itu saya sempat ragu ''tapi saya mau kesana.''
''sama aja mbak, mbak bayar dua puluh ribu aja langsung sama saya aja ntar.''
''gak ah pak, penuh gitu!''
''enggak mbak, naik aja dulu, di depan kosong!''
Kata 'langsung sama saya' sempat bikin saya curiga, tapi kecurigaan saya tidak bertahan lama setelah melihat ke dalam bis yang kondisinya tdk terlalu bagus seperti yang biasa saya tumpangi yang tarifnya 23.000, oke saya percaya. Saya pikir lumayan 3ribu bisa buat ngamen, eh buat pengamen maksudnya.
Lalu saya naik. Duduk, pasang hedset, dengerin musik. Aseeek, saya selalu suka perjalanan panjang.

Kali ini kernetnya lumayan lama nongolnya buat nagih ongkos. Biasanya ga lama jalan langsung ada kernet. lumayan lama, nongol juga kernetnya dan begitu kernetnya sampai di kursi saya, saya sudah mengeluarkan lembaran dua puluh ribu. Tapi, karena orang disebelah saya itu nanya dulu sebelum menyerahkan ongkos dan ternyata uang yang dia siapkan juga kurang, saya juga nanya, ''berapa pak?''
''empat lima.''
Saya pikir kernetnya mantan pejuang, karena melihat wajah kusut saya yang masih kepikiran parkir tadi, jadi ngajakin bersemangat empat lima, lupakan masalah yg udah lewat.
''ongkosx berapa pak???'' saya tanya lagi.
''mpat lima mbake..!'' ujarnya sambil menunjukkan karcis yang sudah tercetak
Sby-Jombang = 20.000
Sby-Nganjuk = 30.000
Sby-Madiun = 40.000
Sby-PO = Rp. 45.000

''mpat lima ribu?? loh???? Mahal amat!!! Kok bisa? Tadi kernetnya bilang bayar dua puluh ribu kok, makanya saya mau naek!!!'' emosi beneran.
''kernet yang mana?'' kata sang penagih yang job functionnya juga kernet, ternyataaaa.
Saya celingak-celinguk mencari orang-orang berseragam tadi, kok ga ada??

Omai God!!

Setelah saya ada juga ibu-ibu yang kaget dengan ongkosnya.
''biasane ongkos slawe, kok saiki munggah?''
setelah itu saya pastikan ternyata gak cuma saya saja yang ketipu.
Bapak2 di depan saya juga curhat ke istrinya lewat telfon. *nguping*

yang disebelah saya mbak-mbak yang tidak terlalu memikirkan hal ini saya tanya.
''emang mbak biasa bayar berapa mbk?''
''aku ga tau juga sih mbak.''
''lho kok? mbak baru kali ini ta?''
''iya, aku kurang tau juga mbak, tapi saya kemarin dari nganjuk ke surabaya dua belas ribu. Tapi kok sekarang segini? udah lama juga ga kesini, aq kerja di hongkong.''

Glek!

ya Alloh,, apa saya beneran lupa baca doa pas keluar rumah tadi ya?
apa saya kurang beramal ya Alloh??
Astagfirulloh...
Tapi, kata temen saya, ikhlaskan, anggap aja amal. dan malah menyarankan untuk segera berdoa, doa orang yang teraniaya cepet terkabul. dan kamu tau, temen saya menyarankan saya berdoa minta cepet dapat jodoh!!!


Nina Pradani

masih di dalam bis, yang akhirnya saya tau bis ini patas yang biasanya beroperasi malam hari.

Located: Terminal Bungurasih
Supported by: PO. CENDANA MADIUN.

Lampiran:

Saran/Kritik (saya tulis di kertas buat saya kasih ke sopirnya kalo turun ntar)

1. Bus ini pasang tarif gak normal, bisa saja saya laporkan ke Dishub.
Minimal saya akan larang teman-teman saya untuk naik bus ini.

2. Harga mahal seharusnya fasilitas bikin nyaman. Tapi, bus ini kursinya kotor, bau. Gordennya juga bau!!!
Katanya full AC, tapi kok gerahh????

3. Gak ada musik, gak ada tivi, ga ada pengamen, gak ada pedangang asongan. Saya naik bus yg 23.000 aja ada tivinya!!!

Tunggu aja masuk surat pembaca Jawa Pos PO. CENDANA MADIUN !!!

Fakta dan Data:
1. Bungurasih adalah terminal berbahaya di alam semesta. Mafia merajalela.
2. Orang berseragam tidak selalu bisa dipercaya.
3. Penampilan bis tidak selalu mencerminkan tarif.
3. Pengalaman itu memang berharga.


Saran untuk Presiden:

Bungurasih adalah terminal yang perlu dipasang papan warning ''DANGEROUS''


===========================================================



Tivi

by Nina Pradani on Saturday, April 14, 2012 at 2:46pm ·


Hidup tanpa tivi, ya! Hidup tanpa tivi, nama lengkapnya Televisi. ternyata saya bisa melakukannya, bukan karena tidak ada tivi di rumah (kost) ini, ada 4 biji tivi yang bisa saya tonton sebenernya, 2 tivi milik ibu kos, 2 lagi milik tetangga kamar yang tidak keberatan untuk ditebengin nonton. Tapi, entah kenapa males.
Mengetahui kondisi yang cukup mengenaskan ini, bapak sama ibu saya bercucuran air mata iba sekaligus terharu membayangkan nasib anak mereka yang tanpa hiburan. hampa.
besar keinginan mereka untuk membelikan barang elektronik persegi itu, tapi saya menolak dengan sangat, ''tak perlulah, buk, pah,,''
''kenapa? kamu bisa ketinggalan berita,,'' bapak yang ingin memastikan anaknya tetap bisa diajak diskusi mengenai kabar terkini.
''males ah,, berita msih bisa baca di koran, internet (termasuk di fesbuk dgn berlangganan akun surat kabar).
dari seberang: hening...
(saya membayangkan ibu dan bapak saling berpandangan dan kompak mengangkat bahu)

Entah kenapa sekarang (beberapa waktu terakhir) saya tak ada hasrat sama sekali untuk nonton layar persegi empat itu. bukan karena tak ada acara yang bermanfaat, masih ada (kok) acara yang berguna bagi bangsa, negara, dan agama (seperti bunyi cita2 sejuta umat), walopun yang gak berguna masih lebih banyakan, siiiih,,,tapi, emang asli males banget, pulang kerja pengennya langsung tidur aja. Pas liat berita, berita sudah baca tadi di internet, sudah baca lewat juga di koran. dan kadang yang membuat keki juga, ada temen kos yang ganti channel, sinetron. Uuuh!
milih tidur aja, sambil dengerin radio. Oia, radio juga salah satu yang punya berita update, Lhoo.

kalau mengingat masa kecil dulu, jaman SD, di kampungku yang punya tivi bisa dihitung jari, ada 2 rumah yang membuka loket. Rp.100/orang sekali nonton serial Wiro Sableng. acara lain tidak mendapat rating di chart tontonan terfavorit masyarakat desa. setiap jumat malam (kayak judul lagu yang lagi ngehits 'last friday night') ke rumah nenek, ikut ibu yang langganan nonton sinetron Tersanjung yang (akhirnya) tahun kemarin rekornya terpecahkan oleh cinta fitri.
Siang-siang sepulang sekolah, ikut kakak-kakak sepupu yang saat itu sudah SMA dan saya SD ke rumah bibi yang di ujung desa, hanya untuk memenuhi keinginan untuk tidak ketinggalan telenovella Maria Cinta yang Hilang, setiap jam 2 siang kalo ga salah tuh.
demikian sulitnya dapatin akses televisi, di rumah saya masih belum ada tivi saat itu. mau nonton wiro sableng aja harus rengek minta seratus rupiah ke ibu, ibu gak ngasih, rengek ke bapak, bapak gak ngasih, rengek ke nenek. dan seringnya rengekan terakhir jatuh pada kakek yang selalu memanjakan cucu-cucunya. sekarang kakek sudah di surga.
Sungguh fenomena yang aneh untuk diingat jika melihat sekarang hampir setiap rumah sudah pada punya tivi.

Jaman itu, semakin di larang nonton tivi, dan disuruh belajar, malah semakin cari-cari tivi ke rumah yang buka tiket.
Wiro Sableng yang tayang tiap hari minggu ga boleh ketinggalan. Tuyul dan mbak Yul, Jin dan Jun, Jinny oh Jinny, menggoda untuk tidak belajar bahkan relain ngerjain pe'er siang hari. Seringnya sih gak ngerjain pe'er.
sungguh fenomena yang mencengangkan kalo mengingatnya sekarang.
ternyata semua hal memprihatinkan itu saya lakukan, bahkan dengan durhaka dulu ke orang tua.

mari kita hitung manfaat, kegunaan, serta efek samping dari media audio visual bergelar Televisi ini;

Pertama, media hiburan. Kenapa dibilang media hiburan? Jelas, pasalnya sejak jaman dahulu kala memasuki abad millenium bahkan sebelum film 'manusia millenium' tayang, televisi sudah menjadi salah satu tontonan untuk memenuhi hiburan keluarga, bagi yang belum berkeluarga bisa dibilang media hiburan personal, individual, single, jomblo, galau.
Semua jenis, bentuk, macam, dan ragam acara ada di tivi. Dari yang bikin seneng sampe yang bikin sedih, dari yang bikin tersipu sampe yang bikin keki, Dari yang bikin ngakak sampe yang bikin nangis, dari yang bikin emosi sampe yang bikin illfeel, dari yang bikin galau sampe yang bikin silau, dari yang menguras air mata sampai yang menguras bak mandi, semua tersedia.

Kedua, media informasi bersuara dan bergambar.
tivi berbeda dengan radio karena tivi punya gambar bergerak, sedangkan radio cuma bersuara, berbicara radio, saya sering terjebak dengan yang namanya radio ini, radio banyak melahirkan penyiar-penyiar dengan suara indah, keren, cool, eh, tapi pas liat orangnya secara live, seringnya pendengar kecewa...
lalu, bedanya tivi dengan gambar, kalo gambar, tentu ada gambarnya (jelaaaas), tapi tidak bersuara, tapi kalo tivi mengeluarkan suara sekaligus ada gambarnya, bergerak pula, kayak asli. Sebenarnya ini tak pantas untuk dijadikan perbandingan, kalo lagi ngerjain skripsi, langsung di coret pake tinta merah sama pembimbing nih.

Ketiga, media informasi terupdate. televisi dengan puluhan bahkan ratusan stasiun tv (channel) berlomba-lomba memberikan berita dan informasi terbaru (baca: terhits) bagi khalayak. Tak ayal berita dan info yang dihasilkan tidak sekedar informasi, namun kerap menimbulkan kontroversi, juga sering melahirkan anak, eh bukan, melahirkan kritik dan persoalan baru, bahkan menentukan agenda publik. ah, saya agak males nih membahasnya. entah. Tapi, lebih dari itu, televisi hadir di rumah anda dengan segala kelebihan dan (tidak di poin ini) kekurangannya.

Keempat, media promosi.
lebih tepatnya 'iklan'. Hampir semua barang, alat elektronik, alat kosmetik, alat musik, alat plastik, butik dan batik, serta ik-ik lainnya,sandang, pangan, dan papan, hampir semua dengan berbagai merk pernah lewat di iklan televisi. produsen memilih televisi sebagai media promosi yang paling berpengalaman kerja minimal 1 tahun di bidang yang sama. Eh, itu syarat lowongan kerja pemirsa.
memang gak salah pasang iklan di tivi, itu tontonan paling menarik banyak pemirsa di seluruh belahan bumi. Tidak sedikit juga publik yang termakan iklan.

Kelima, tidak ada.

Nina Pradani.



==============================================================






2 comments:

Unknown said...

mba nina... yang mendadak ga beres bikin aku ngakakkkakakakakak...
orisinil banget, haha

Nina Pradani said...

waahh,,, makasiih,, makasihh sdh smpet mampir,,, smoga menghibur...