Thursday, December 29, 2016

Hayati lelah, Bang...

21 Desember 2016, di hari yang sama 28 tahun silam, juga jatuh pada hari Rabu, banyak kejadian menakjubkan menurut alkisah Ibunda tercinta. Begitu pun dengan hari ini. Mulai dari pagi hari yang tidak bermatahari a.k.a mendung. Gulungan awan seolah arakan kerajaan majapahit melewati sebuah pedesaan. Bedanya, menurut sinema kolosal Tutur Tinular, arakan kerajaan itu disambut oleh rakyatnya yang ikhlas keluar dari rumah masing-masing dan berdiri berjejer kepala tertunduk. Memberi hormat. Sedang arakan awan yang melintasi desaku pagi tadi, memang disambut rakyat yang ikhlas keluar dari rumah, namun dengan urusannya masing-masing. Mana sempat menyambut awan. Melihat ke atas saja mungkin tidak ada yang sempat. Lebih-lebih sambil memejamkan mata menghirup udara segar.

Sampai sekitar kurang dari jam 9 pagi, turunlah hujan tanpa merasa perlu repot-repot ngasih klakson, aba-aba, tanda gelegar guntur atau kilatan petir. Baiklah, mungkin arakan itu ingin memberi kejutan. Atau justru mereka jengah karena tidak ada yang memperhatikan? Karenanya mereka mengaliri bumi dengan air penuh kedamaian. Namun, tampaknya tidak damai bagi para rakyat yang merasa terhalangi kesibukannya. Salah satunya adalah kami yang mengagendakan tepat jam 9 pagi akan melangsungkan pernikahan. Bukan, bukan saya yang menikah. Sepupu saya. Mungkin Yang Di Langit hanya ingin mengabarkan bahwa ada arakan yang perlu disambut meski hanya dengan mengingat hakikat diri masing-masing sebagai apa. Tidak mampu berbuat apa-apa tanpa Sang Kehendak. Meski persiapan sudah teramat matang dan mendidih.

Friday, December 16, 2016

Kehilanganmu

Kukira saat melihat tubuhmu yang terbujur kaku kemarin adalah hari terberat. Namun,  ternyata aku salah. Kemarin masih banyak yang mengelilingimu. Keluargamu yang mungkin lebih merasa kehilangan, teman-temanmu, para sahabat, tetangga, kenalan, atau bahkan mungkin ada pengagum rahasiamu di antara mereka. Artinya, banyak yang merasakan hal yang sama denganku. Jadi, aku tidak sendiri. Dan kau pun tidak sendiri.

Thursday, December 15, 2016

14 Desember 2016

Kamu masih ingat? Dulu, kamu selalu juara satu, dan aku cuma sanggup bertahan di juara dua. Saat itu, pikiran anak-anakku tidak pernah mendefinisikan kata bersaing di antara kita. Selain karena aku yang memang malas belajar, alibiku sudah seperti itulah takdir kita. Kalau aku menganggapmu sebagai saingan, siapa lagi teman berangkat ke sekolah bareng? Siapa lagi yang akan jadi teman sebangkuku?

Tuesday, December 13, 2016

Malam + Hujan + Sendiri = Horor

Mungkin aku terlalu sering ge'er kepada Tuhan hanya karena selalu menurunkan hujan di saat hati sedang dikelebati awan komulonimbus. See, aku nggak salah, kan? Ada mendung dan ada hujan. Walaupun mendungnya di manaa, hujannya di mana. Akhir-akhir ini memang sering turun hujan, baiklah, hujan memang turun, yang naik itu harga sembako, harga bbm, naik jabatan, naik ke singgasana, naik ke pelaminan. Eeh? Masalahnya, setiap kali galau melanda atau sedang ingin melow, pasti selalu turun hujan. Selama ini, aku selalu berpikir hujan di drama-drama atau sinetron saat lakonnya sedang merasa sedih dan menangis itu sesuatu yang mengada-ada, lebay, dan nggak realistis. Tapi, sepertinya aku harus menarik kembali anggapan itu. Dan jangan-jangan, gumiho atau rubah yang mewujud manusia itu memang ada? Iya, ada, sih. Sepertinya tidak lama lagi Negara Indonesia yang akan mewujud jadi rubah. Pernah lihat judul buku yang ditulis bapak politisi yang lagi hits baru-baru ini? Merubah Indonesia.

Monday, December 12, 2016

International (Universe) You Day


Allahumma sholi alaa sayyidina wa maulana muhammad...

Ketika rasamu terkikis dengan harapan kepada manusia,--Salah sendiri. Siapa suruh. Kena kau!--masih banyak yang menginginkan rasa itu di jagat ini, terserah rasa apa, cinta, simpati, kasih sayang, atau apa pun. Sementara menunggu cinta lain yang tumbuh di hatimu yang tidak tahu malu, tidak tidak tahu diri, dan tidak tahu diuntung itu, kamu masih bisa mencintai hewan. Oke, kamu sudah mempraktikkannya dengan memberi makan kambing yang melongok dengan wajah melas seolah nggak makan tiga puluh purnama itu, untuk ekting, harus kuakui mereka memang berbakat. Tapi, apa iya harus ngasih makanan nasi sisa kemarin yang sudah dikerumuni semut-semut nakal tanpa mau mengusir semutnya terlebih dahulu. Ya, kamu memang lagi kesal. Tapi, kan, nggak harus dendam sama kambing juga. Kasian, kan, kalau mulut mereka gatel-gatel. Mereka bukan manusia yang sudah mengerti semut gatal dan kalau kemakan otomatis menjadi peristiwa besar yang tidak tercatat dalam sejarah hidupmu. Ya, tentu saja, ketidaknyamanan yang ditimbulkan semut masih kalah dengan ketidaknyamanan yang kau timbulkan sendiri akibat membuka jendela lebar-lebar. Jendela hati. #eaaa

Saturday, December 10, 2016

Desember

"Assalamu'alaikum..."
Seseorang tiba-tiba membisiki salam dari arah belakang. Kaget? Tentu saja. Apalagi begitu berbalik, seorang wanita dengan pakaian serba hitam dan hanya mata yang terlihat, berdiri dengan manisnya. Dari sudut matanya aku bisa melihat dia sedang tersenyum lebar. Siapa?

Sunday, December 4, 2016

Balada Bapak-Anak Nonton TV



Bapak: Mana remote? Ganti, ganti! coba lihat inews!
Anak: Kenapa ganti inews? (Sbnernya dari tadi juga gonta-ganti cenel)
Bapak: Bapa suka inews, nih. Seneng lihat berita-beritanya. (sambil setengah mati pencet2 remote yang udah gak makan gak minum)
Anak: Kok bisa gitu?
Bapak: Berita-beritanya tepercaya, ulasannya bagus. Berimbang. Kayaknya cuma ini yang nggak berpihak.
Anak: Kayaknya susah, Pa, kalo nggak berpihak. Kayaknya. Hm... jangan-jangan justru karena mereka berpihak sama keinginan Bapa makanya Bapa seneng. Mereka, kan, harus bikin kita suka, biar ditonton terus.
Bapak: (diem, pandangan lurus ke tipi, mungkin dalam hati sambil berdoa, "ampuni anak hamba, ya Allah... biasanya dia gak durhaka gini.")

*untung si Bapak nggak tahu kalau anaknya malah suka lihat berita-berita di sosmed. :D

Friday, December 2, 2016

yang adil dan beradab

Kemarin lihat meme yang ngelarang nonton beberapa channel tv untuk siang tadi, salah satunya MetroTV. Tapi, saya jadi penasaran dan malah nonton channel tersebut.
Sekitar pukul 10-11 WITA, salah seorang reporter (laki-laki) tengah melaporkan situasi terkini. Di belakang reporter tersebut terlihat masa yang berlalu-lalang dengan tertib.