Fundamental Editing 1#
oleh Bambang Trim
Praktisi Perbukuan &
Ketua Forum Editor Indonesia
TOTAL EDITING
Setiap
kali membaca atau menelusuri buku yang sudah tercetak dan saya
menemukan editor mengabaikan detail kecil dari karya editingnya, sering
timbul kegusaran yang mendalam. Apa saja
detail kecil yang sering terlepas dari mata awas seorang editor?
Pertama adalah tampilan halaman hak cipta yang kerap tidak konsisten,
salah dalam penulisan nama, atau ada bagian yang hilang. Kedua, teks
pada halaman prakata dan juga pengantar. Ketiga, teks daftar isi dan
rujukan halamannya yang kerap tidak pas. Semuanya terdapat pada bagian
pendahulu (prelims). Biasanya hal ini setali tiga uang dengan halaman
pengakhir (postlims), seperti daftar pustaka, indeks, maupun glosarium.
Ketidakkonsistenan penulisan kerap terjadi. Belum lagi kesalahan
menyangkut penempatan running title
(judul pelari) ataupun nomor halaman.
Asumsinya
memang seorang editor yang kerap abai terhadap editing prelims dan
postlims karena mereka lebih berkonsentrasi pada bagian isi naskah.
Padahal, bagian prelims adalah etalase keberhasilan sebuah buku dan
bagian postlims adalah happy ending untuk sebuah buku
yang berhasil. Jika seorang pembaca yang awas dan kritis telah menemukan
berbagai kekeliruan di halaman prelims, perasaan nyaman membaca pun
akan terganggu.
Bagi
saya sendiri, pengabaian detail kecil ini adalah awal pembentukan
karakter yang buruk bagi editor. Editor yang kerap berlaku demikian
kelak tidak akan mampu mengasah intuisinya untuk secara cepat menemukan
kekeliruan sebuah naskah. Jika pada halaman-halaman awal saja sudah
abai, bagaimana dengan halaman selanjutnya? Karena itu, editor yang
benar-benar mencintai pekerjaan editing dan berhasrat menjadi editor
andal, ia harus melakukan total editing.
Apa itu total editing? Total editing adalah sebuah cara dan sikap mengedit yang fokus pada tiga bagian besar buku, yaitu preliminaries, text matter, dan postliminaries.
Tidak ada satu bagian pun yang boleh terlewat dari mata awas seorang
editor sehingga ketajaman mata, ketelitian, kesabaran, dan kekuatan
stamina menjadi modal utama. Editor tidak disarankan tergesa-gesa dalam
melakukan total editing. Editor yang sudah terlatih lambat-laun
kecepatannya dalam mengedit bisa naik seiring dengan semakin tajamnya
intuisi mengeditnya. Dengan demikian, ketatnya tenggat terbit atau deadline tidaklah menjadi alasan untuk tidak melakukan total
editing.
Kunci
memahami total editing adalah menguasai dulu anatomi buku, yaitu
bagian-bagian yang mendukung terbentuknya produk bernama buku. Tanpa
pengetahuan dan pemahaman yang lengkap tentang anatomi buku, memang
sulit mengharapkan seorang editor bisa melakukan total editing. Jika
Anda ingin mengetahui seluk beluk anatomi buku, Anda dapat membaca buku
berjudul Anatomi Buku karya Iyan Wibowo yang diterbitkan
oleh Kolbu, 2007. Buku ini mengupas tuntas tampilan sebuah buku yang
perlu dipahami oleh seorang editor buku maupun para pekerja perbukuan
lainnya. Bagi editor, buku dengan bahasan langka ini tentu sangat
membantu untuk menambah pengetahuannya dalam hal anatomi buku serta membuatnya paham seluk beluk penulisan bagian-bagian naskah, seperti
pengantar, prakata, daftar pustaka, dan indeks.
Kunci kedua untuk melakukan total editing adalah pengetahuan dan pemahaman tentang desktop publishing, termasuk di dalamnya pengetahuan tipografi dan desain komunikasi visual (dkv). Desktop publishing muncul sebagai akibat kemajuan teknologi di bidang komputer penerbitan. Layout buku kini menggunakan program-program desktop publishing,
seperti Pagemaker, MS-Publisher, dan Adobe In-design dengan dasar ilmu
melayout yaitu tipografi dan dkv. Dalam praktiknya terdapat
kesalahan-kesalahan melayout buku yang akhirnya menimbulkan kesalahan
tipografi maupun kesalahan visualisasi sehingga diperlukan juga editing
untuk memperbaikinya. Jadi, bagaimana mungkin seorang editor bisa
melakukan total editing tanpa ia
memahami tipografi dan dkv?
Sepertinya
sulit menerapkan total editing karena begitu banyak akhirnya tuntutan
kerja bagi seorang editor. Namun, itulah seni mengedit atau menyunting
sehingga menjadi tantangan bagi karier seorang editor agar ia bisa
mencapai puncak sebagai chief editor. Karena itu, editor
pemula jangan berleha-leha untuk mengabaikan detail kecil pada naskah
dan menganggap itu hal biasa. Berpayah-payahlah mulai dari sekarang
untuk total mengedit naskah dan menghasilkan naskah yang benar-benar
bersih 99% dari kekeliruan. Kekeliruan yang 1% sisakan hanya untuk
keterbatasan kita sebagai manusia.***