Judul Buku : GARA-GARA INDONESIA
Penulis : Agung Pribadi
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
Jumlah Halaman :
xiv + 210 hlm.
Harga : Rp 42.000
Tebal :
21 x 14,3 cm
Ini Bukan Buku Sejarah. Beneran!
Awalnya saya bingung, ini sebenarnya buku sejarah atau buku
motivasi, sih? Eh, saya lupa sang Penulis sendiri bergelar “Historivator”.
Pertama kali mendengar sebutan ini saya sempat menilainya terlalu mengada-ada
dan maksa. Bahkan saya sudah mencari-cari padanan kata tersebut di KBBI, tidak ada.
Dan—dengan-nggak-ada-kerjaannya—saya mengetik keyword HISTORIVATOR di Google
search. Apa coba yang saya temukan? Result urutan paling atas adalah
sebuah situs www.agungpribadi.com, blognya
Agung Pribadi sendiri. Ya ampun, orang ini kenapa narsis sekali? Karena itu, saya
tidak salah, kan, menilai sebutan “historivator” itu mengada-ada?
Kalian pernah kenal Jose Mourinho? Baiklah, saya tahu,
tidak banyak orang Indonesia yang pernah berkenalan dengan paman saya ini.
Sepertinya nyaris tak ada. Saya ganti pertanyaannya, pernahkah kalian dengar
nama Jose Mourinho? Kalian tahu apa sebutannya? Yap! The Special One.
Tahukah kalian siapa yang memberi julukan itu? Tuan guru Jose Mourinho sendiri.
Nah, sekarang apa hubungannya The Special One
dengan Historivator? Apa hubungannya Agung Pribadi, penulis buku ini
dengan Pelatih Chelsea, tim sepak bola Inggris itu? Percayalah, mereka bukan
ayah dan anak, apalagi kembar terpisah, bukan juga putra yang tertukar. Bukan.
Mereka hanyalah dua orang yang sama-sama memiliki kepercayaan diri. Bukan sombong.
Mereka memiliki kemampuan untuk mengenal diri mereka sendiri lebih dari siapa
pun yang pernah ada. Ditambah lagi, setelah membaca buku Agung Pribadi ini,
saya rasa gelar itu (Historivator) memang perlu ada. Karena apa? Karena sebenarnya
bukan hanya gelar itu yang maksa dan mengada-ada. Hampir keseluruhan dalam buku
ini pun menurut saya isinya maksa dan mengada-ada.
Baik, coba kita lihat apa saja yang maksa seperti yang
saya maksudkan di sini? Pertama, salah satu bab dalam buku ini mengatakan benua
Amerika ditemukan Gara-Gara Indonesia. Kedua, Amerika kalah perang dengan
Vietnam Gara-Gara Indonesia. Ketiga, Napoleon kalah perang Gara-Gara letusan
gunung Tambora di Indonesia. Coba lihat, apa ada hubungannya? Kalau kalian
penasaran, lebih baik baca sendiri bukunya. Tapi, yang jelas saya belum pernah
menemukan buku yang ngaku sebagai buku sejarah, ditulis dan dipaparkan seperti
ini. Saya bukan orang yang tidak suka membaca buku sejarah, saya suka. Beberapa
referensi yang digunakan buku ini pun beberapa di antaranya sudah saya lahap.
Tapi, tidak ada yang membuat saya jengah begitu mendapatkan informasi di
dalamnya. Biasa saja. Cukup tahu, sudah. Tunggu! Saya merasa pernah mengenal
jenis tulisan seperti ini? Tulisan yang profokatif? Sial, sepertinya saya
terpengaruh dengan tulisan buku ini.
Ya, ciri khas penulisan dalam buku ini hanya satu,
profokatif. Pertanyaan-pertanyaan yang memancing emosi membuat pembaca tidak
ingin berhenti membaca. Setelah pertanyaan yang proofokatif itu, pembaca akan
disajikan fakta-fakta ajaib yang sangat amat jarang ditemukan dalam penulisan
sejarah. Data dan fakta itu ditulis secara jelas dan terperinci sehingga
membuat saya melongo dengan suksesnya. Itu yang kedua. (Apa juga saya
bilang, ini bukan buku sejarah). Setelah menemukan fakta-fakta ajaib, pembaca
akan diajak untuk berpikir out of the box. Seringnya penulis memaparkan
pola berpikir terbalik, dan sialnya saya selalu setuju dengan pernyataan
tersebut. itu yang ketiga. Tidak cukup membuat saya jengah dengan semua
itu, penulis menambahkan renungan dalam setiap babnya. Dan itu benar-benar
membuat saya merenung sambil berkata “Iya, sih, seharusnya emang begini….”. See,
ciri khas buku ini bukan cuma satu ternyata. Melainkan banyak, dan masih ada
lagi yang membuat buku ini tidak bisa disebut buku sejarah. Apa sajakah itu?
Baca sendiri.
Bandung, 15 April 2014
Nina Pradani
No comments:
Post a Comment