Friday, April 11, 2014

Kutipan

Fundamental Editing 1#

oleh Bambang Trim

Praktisi Perbukuan &
Ketua Forum Editor Indonesia


TOTAL EDITING




Setiap kali membaca atau menelusuri buku yang sudah tercetak dan saya menemukan editor mengabaikan detail kecil dari karya editingnya, sering timbul kegusaran yang mendalam. Apa saja detail kecil yang sering terlepas dari mata awas seorang editor? Pertama adalah tampilan halaman hak cipta yang kerap tidak konsisten, salah dalam penulisan nama, atau ada bagian yang hilang. Kedua, teks pada halaman prakata dan juga pengantar. Ketiga, teks daftar isi dan rujukan halamannya yang kerap tidak pas. Semuanya terdapat pada bagian pendahulu (prelims). Biasanya hal ini setali tiga uang dengan halaman pengakhir (postlims), seperti daftar pustaka, indeks, maupun glosarium. Ketidakkonsistenan penulisan kerap terjadi. Belum lagi kesalahan menyangkut penempatan running title (judul pelari) ataupun nomor halaman.
            Asumsinya memang seorang editor yang kerap abai terhadap editing prelims dan postlims karena mereka lebih berkonsentrasi pada bagian isi naskah. Padahal, bagian prelims adalah etalase keberhasilan sebuah buku dan bagian postlims adalah happy ending untuk sebuah buku yang berhasil. Jika seorang pembaca yang awas dan kritis telah menemukan berbagai kekeliruan di halaman prelims, perasaan nyaman membaca pun akan terganggu.
            Bagi saya sendiri, pengabaian detail kecil ini adalah awal pembentukan karakter yang buruk bagi editor. Editor yang kerap berlaku demikian kelak tidak akan mampu mengasah intuisinya untuk secara cepat menemukan kekeliruan sebuah naskah. Jika pada halaman-halaman awal saja sudah abai, bagaimana dengan halaman selanjutnya? Karena itu, editor yang benar-benar mencintai pekerjaan editing dan berhasrat menjadi editor andal, ia harus melakukan total editing.
Apa itu total editing? Total editing adalah sebuah cara dan sikap mengedit yang fokus pada tiga bagian besar buku, yaitu preliminaries, text matter, dan postliminaries. Tidak ada satu bagian pun yang boleh terlewat dari mata awas seorang editor sehingga ketajaman mata, ketelitian, kesabaran, dan kekuatan stamina menjadi modal utama. Editor tidak disarankan tergesa-gesa dalam melakukan total editing. Editor yang sudah terlatih lambat-laun kecepatannya dalam mengedit bisa naik seiring dengan semakin tajamnya intuisi mengeditnya. Dengan demikian, ketatnya tenggat terbit atau deadline tidaklah menjadi alasan untuk tidak melakukan total editing.
Kunci memahami total editing adalah menguasai dulu anatomi buku, yaitu bagian-bagian yang mendukung terbentuknya produk bernama buku. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang lengkap tentang anatomi buku, memang sulit mengharapkan seorang editor bisa melakukan total editing. Jika Anda ingin mengetahui seluk beluk anatomi buku, Anda dapat membaca buku berjudul Anatomi Buku karya Iyan Wibowo yang diterbitkan oleh Kolbu, 2007. Buku ini mengupas tuntas tampilan sebuah buku yang perlu dipahami oleh seorang editor buku maupun para pekerja perbukuan lainnya. Bagi editor, buku dengan bahasan langka ini tentu sangat membantu  untuk menambah pengetahuannya dalam hal anatomi buku serta membuatnya paham seluk beluk penulisan bagian-bagian naskah, seperti pengantar, prakata, daftar pustaka, dan indeks.
Kunci kedua untuk melakukan total editing adalah pengetahuan dan pemahaman tentang desktop publishing, termasuk di dalamnya pengetahuan tipografi dan desain komunikasi visual (dkv). Desktop publishing muncul sebagai akibat kemajuan teknologi di bidang komputer penerbitan. Layout buku kini menggunakan program-program desktop publishing, seperti Pagemaker, MS-Publisher, dan Adobe In-design dengan dasar ilmu melayout yaitu tipografi dan dkv. Dalam praktiknya terdapat kesalahan-kesalahan melayout buku yang akhirnya menimbulkan kesalahan tipografi maupun kesalahan visualisasi sehingga diperlukan juga editing untuk memperbaikinya. Jadi, bagaimana mungkin seorang editor bisa melakukan total editing tanpa ia memahami tipografi dan dkv?
Sepertinya sulit menerapkan total editing karena begitu banyak akhirnya tuntutan kerja bagi seorang editor. Namun, itulah seni mengedit atau menyunting sehingga menjadi tantangan bagi karier seorang editor agar ia bisa mencapai puncak sebagai chief editor. Karena itu, editor pemula jangan berleha-leha untuk mengabaikan detail kecil pada naskah dan menganggap itu hal biasa. Berpayah-payahlah mulai dari sekarang untuk total mengedit naskah dan menghasilkan naskah yang benar-benar bersih 99% dari kekeliruan. Kekeliruan yang 1% sisakan hanya untuk keterbatasan kita sebagai manusia.***

No comments: