Friday, November 14, 2014

Subhanalloh, bahkan Al-Quran telah memberi gambaran dan memperingatkan...

Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?
Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa,
mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta.
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah,*
dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.
(QS. 26 : 221-227)

*maksudnya adalah bahwa sebagian penyair itu suka mempermainkan kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik, dan tidak mempunyai pendirian.

Tuesday, June 24, 2014

Doa saat sakit

ya Allah, jika sakitku ini adalah hukuman atas segala dosaku,
tolong beri aku kekuatan dan kesabaran hingga dosaku terampuni.
jika sakitku ini adalah ujian untuk menguji keikhlasanku,
tolong beri aku keikhlasan itu
jika sakitku ini adalah cobaan untuk melihat kesabaranku,
tolong beri aku kemampuan untuk bersabar hingga akhir.
kemudian jika sakitku ini adalah jawabanmu untuk doa-doa mereka yang telah kulupakan haknya,
tolong beri aku kuasa untuk membayar hak-hak mereka,
jika sakitku ini adalah balasanmu untuk keegoisanku yang menyakiti hati hamba-hamba-Mu,
sehingga mereka tak sadar menginginkan rasa sakit itu terbalas kepadaku
maka berikan aku kekuatan untuk menghadapinya hingga hamba-hamba-Mu melupakan rasa sakitnya,
Ya Allah, sungguh, beri aku kesabaran, kekuatan, dan keikhlasan hingga Engkau memberikan kesembuhan.

Wednesday, April 16, 2014

Resensi Buku

Judul Buku                   : GARA-GARA INDONESIA
Penulis                         : Agung Pribadi
Penerbit                      : Asma Nadia Publishing House
Jumlah Halaman         : xiv + 210 hlm.
Harga                          : Rp 42.000
Tebal                           : 21 x 14,3 cm

Ini Bukan Buku Sejarah. Beneran!

Awalnya saya bingung, ini sebenarnya buku sejarah atau buku motivasi, sih? Eh, saya lupa sang Penulis sendiri bergelar “Historivator”. Pertama kali mendengar sebutan ini saya sempat menilainya terlalu mengada-ada dan maksa. Bahkan saya sudah mencari-cari padanan kata tersebut di KBBI, tidak ada. Dan—dengan-nggak-ada-kerjaannya—saya mengetik keyword HISTORIVATOR di Google search. Apa coba yang saya temukan? Result urutan paling atas adalah sebuah situs www.agungpribadi.com, blognya Agung Pribadi sendiri. Ya ampun, orang ini kenapa narsis sekali? Karena itu, saya tidak salah, kan, menilai sebutan “historivator” itu mengada-ada?

Tuesday, April 15, 2014

"kutipan"

Sinopsis: Do's and Don'ts


Menulis sinopsis adalah sebuah seni yang bisa dipelajari dan diperhalus melalui pengalaman. Seperti halnya sebuah seni, tak ada satu cara yang paling benar untuk menuliskannya. Setiap editor punya pendekatan berbeda-beda dan bisa menghasilkan sinopsis yang berbeda untuk buku yang sama.

Meski demikian tentu saja efek yang ingin dihasilkan lewat sinopsis itu tetap sama, yaitu meyakinkan konsumen untuk membeli/membaca buku tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan dan dihindarkan dalam menulis sinopsis:

Friday, April 11, 2014

Kutipan

Fundamental Editing 1#

oleh Bambang Trim

Praktisi Perbukuan &
Ketua Forum Editor Indonesia


TOTAL EDITING




Setiap kali membaca atau menelusuri buku yang sudah tercetak dan saya menemukan editor mengabaikan detail kecil dari karya editingnya, sering timbul kegusaran yang mendalam. Apa saja detail kecil yang sering terlepas dari mata awas seorang editor? Pertama adalah tampilan halaman hak cipta yang kerap tidak konsisten, salah dalam penulisan nama, atau ada bagian yang hilang. Kedua, teks pada halaman prakata dan juga pengantar. Ketiga, teks daftar isi dan rujukan halamannya yang kerap tidak pas. Semuanya terdapat pada bagian pendahulu (prelims). Biasanya hal ini setali tiga uang dengan halaman pengakhir (postlims), seperti daftar pustaka, indeks, maupun glosarium. Ketidakkonsistenan penulisan kerap terjadi. Belum lagi kesalahan menyangkut penempatan running title (judul pelari) ataupun nomor halaman.
            Asumsinya memang seorang editor yang kerap abai terhadap editing prelims dan postlims karena mereka lebih berkonsentrasi pada bagian isi naskah. Padahal, bagian prelims adalah etalase keberhasilan sebuah buku dan bagian postlims adalah happy ending untuk sebuah buku yang berhasil. Jika seorang pembaca yang awas dan kritis telah menemukan berbagai kekeliruan di halaman prelims, perasaan nyaman membaca pun akan terganggu.
            Bagi saya sendiri, pengabaian detail kecil ini adalah awal pembentukan karakter yang buruk bagi editor. Editor yang kerap berlaku demikian kelak tidak akan mampu mengasah intuisinya untuk secara cepat menemukan kekeliruan sebuah naskah. Jika pada halaman-halaman awal saja sudah abai, bagaimana dengan halaman selanjutnya? Karena itu, editor yang benar-benar mencintai pekerjaan editing dan berhasrat menjadi editor andal, ia harus melakukan total editing.
Apa itu total editing? Total editing adalah sebuah cara dan sikap mengedit yang fokus pada tiga bagian besar buku, yaitu preliminaries, text matter, dan postliminaries. Tidak ada satu bagian pun yang boleh terlewat dari mata awas seorang editor sehingga ketajaman mata, ketelitian, kesabaran, dan kekuatan stamina menjadi modal utama. Editor tidak disarankan tergesa-gesa dalam melakukan total editing. Editor yang sudah terlatih lambat-laun kecepatannya dalam mengedit bisa naik seiring dengan semakin tajamnya intuisi mengeditnya. Dengan demikian, ketatnya tenggat terbit atau deadline tidaklah menjadi alasan untuk tidak melakukan total editing.
Kunci memahami total editing adalah menguasai dulu anatomi buku, yaitu bagian-bagian yang mendukung terbentuknya produk bernama buku. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang lengkap tentang anatomi buku, memang sulit mengharapkan seorang editor bisa melakukan total editing. Jika Anda ingin mengetahui seluk beluk anatomi buku, Anda dapat membaca buku berjudul Anatomi Buku karya Iyan Wibowo yang diterbitkan oleh Kolbu, 2007. Buku ini mengupas tuntas tampilan sebuah buku yang perlu dipahami oleh seorang editor buku maupun para pekerja perbukuan lainnya. Bagi editor, buku dengan bahasan langka ini tentu sangat membantu  untuk menambah pengetahuannya dalam hal anatomi buku serta membuatnya paham seluk beluk penulisan bagian-bagian naskah, seperti pengantar, prakata, daftar pustaka, dan indeks.
Kunci kedua untuk melakukan total editing adalah pengetahuan dan pemahaman tentang desktop publishing, termasuk di dalamnya pengetahuan tipografi dan desain komunikasi visual (dkv). Desktop publishing muncul sebagai akibat kemajuan teknologi di bidang komputer penerbitan. Layout buku kini menggunakan program-program desktop publishing, seperti Pagemaker, MS-Publisher, dan Adobe In-design dengan dasar ilmu melayout yaitu tipografi dan dkv. Dalam praktiknya terdapat kesalahan-kesalahan melayout buku yang akhirnya menimbulkan kesalahan tipografi maupun kesalahan visualisasi sehingga diperlukan juga editing untuk memperbaikinya. Jadi, bagaimana mungkin seorang editor bisa melakukan total editing tanpa ia memahami tipografi dan dkv?
Sepertinya sulit menerapkan total editing karena begitu banyak akhirnya tuntutan kerja bagi seorang editor. Namun, itulah seni mengedit atau menyunting sehingga menjadi tantangan bagi karier seorang editor agar ia bisa mencapai puncak sebagai chief editor. Karena itu, editor pemula jangan berleha-leha untuk mengabaikan detail kecil pada naskah dan menganggap itu hal biasa. Berpayah-payahlah mulai dari sekarang untuk total mengedit naskah dan menghasilkan naskah yang benar-benar bersih 99% dari kekeliruan. Kekeliruan yang 1% sisakan hanya untuk keterbatasan kita sebagai manusia.***

Thursday, April 10, 2014

Lebih Dekat dengan Rasulullah



Tahun 570/571 M : Kelahiran
Seorang bayi istimewa lahir di kota bernama Makkah. Dia adalah Muhammad. Tepat pada tahun itu, pasukan gajah Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah. Namun, rencana jahat Abrahah tidak dikehendaki oleh Allah Swt.. Allah sendiri yang melindungi Ka’bah dengan mengirimkan segerombolan burung Ababil untuk menyerang pasukan Abrahah. Burung-burung itu beterbangan memenuhi angkasa, membawa kerikil panas dari neraka dan menjatuhkannya, sehingga membuat pasukan Abrahah kocar-kacir, hancur seketika. Sementara itu, Abdul Mutthalib, sang penjaga Ka’bah, tengah berbahagia karena telah lahir cucunya dari anaknya, Abdullah yang telah meninggal. Itulah mengapa tahun kelahiran Muhammad lebih dikenal dengan tahun gajah.

Friday, February 28, 2014

Kutipan

“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.

“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk"

Tuesday, February 4, 2014

Outside The Lines



Melihat dengan jarak dekat sebenarnya membuat apa yang ingin dilihat semakin tak terlihat.
Kau perlu berada di luar garis atau minimal jarak yang jauh agar semua yang kau ingin lihat bisa terlihat lebih jelas.—Nina Pradani.

Katakanlah saat ini saya sedang bekerja di sebuah perusahaan roti. Pertama kali—sebelum saya kerja di sana—sejujurnya saya tidak terlalu familiar dengan nama perusahaan tersebut. Oke, saya mengatakan, perusaahaan itu tidak terkenal. Tapi, setelah saya berada di dalamnya, saya menjadi sangat mengenal dan mencintai tempat saya bekerja, saya berusaha meyakinkan orang-orang di sekitar saya bahwa perusaan ini cukup terkenal. Tidak hanya itu, entah sejak kapan saya mengakui dan memuji setiap produk roti yang kami sendiri hasilkan. Saya bahkan sering mengeluh (baca: menyombongkan diri) tentang betapa sulitnya menciptakan dan membuat roti itu. Saya ingin orang lain melihat kami selalu menciptakan roti terbaik di sini, tidak memandang sebelah mata hasil ciptaan kami, dan ciptaan perusahaan roti lainnya.
Kalian sudah nonton film Now You See Me? Saya merekomendasinnya. Dari film ini saya mulai sadar bahwa kita justru tidak bisa melihat kenyataan sebenarnya tentang sesuatu yang paling dekat dengan kita, apalagi jika kita tengah terlibat di dalamnya. Selama ini, saya selalu percaya bahwa produk yang kami hasilkan itu baik, ya, karena memang itu hasil ciptaan terbaik kami. Oh, come on, itu bukanlah ekspektasi yang baik, karena kau akan kecewa sendiri setelah melihat yang sebenarnya dari jarak jauh. Cobalah mundur sedikit, selangkah, dua langkah, tiga langkah, atau jarak terjauh yang kau bisa. Lalu, coba lihat dan bandingkan ciptaaan perusahaanmu dengan perusahaan lain. Bagaimana? Milik siapa saja yang berada di deretan bestseller? Milikmu? Mana? Oke, ada satu, dua. Well, dua produkmu termasuk bestseller, dan sekarang apa? Coba lihat kembali ke dalam, mendekatlah, kau dan teman-temanmu terlena dengan dua produk bestseller tadi. Kalian sudah menganggap diri kalian hebat dan terus-menerus mengungkapkan kehebatan itu berulang kali. Parahnya, entah karena lupa atau tidak ingin menciptakan sesuatu yang lain, kalian mengulangi produksi lama, atau menciptakan produk baru, tapi tetap tidak jauh beda jenisnya dari produk yang sempat bestseller tadi. Sedangkan, nah, coba mundur lagi tiga atau empat langkah, atau langkah terjauh yang kau bisa. Lihat, perusahaan lain punya puluhan produk bestseller. Bahkan mereka menciptakan produk bestseller hampir setiap bulan karena mereka selalu punya sesuatu yang baru. Sedangkan kalian? Waspadalah, terlena itu memang selalu tak disadari.
Hal yang lebih membuat saya tersentak sebenarnya adalah saat menerima telepon dari Adik saya baru saja. kebetulan dia adalah pelahap roti yang baik dan cukup mengenal roti-roti dari berbagai perusahaan. Tapi, sialnya apa, dia bahkan tidak kenal dengan perusahaan di mana Kakaknya bekerja. Itu perusahaan yang menjual roti-roti murah itu, ya? Oh, seandainya, dia ada di depan saya, sudah saya jitak kepalanya. Entahlah, entah karena Adik saya yang nggak gaul atau apa. Tapi, saya teringat, sebenarnya tidak hanya Adik saya yang mengatakan hal itu. Dulu saya beranggapan sama. Beberapa teman saya juga. “Itu perusahaan apa? Rotinya yang mana?” Hikss…. Apa yang harus saya lakukan untuk membuat perusahaan tempat saya bekerja ini terkenal tidak hanya di kalangan tertentu. Tapi, di semua kalangan?
Meski demikian, tetap saja saya tidak bisa memungkiri, perusahaan ini cukup besar. Sangat besar malah. Hanya kurang terkenal di semua kalangan saja. Dan nggak bagusnya, perusahaan ini menurut saya terkenal dengan roti-roti murahnya, saya sudah pernah mengatakan ini pada teman-teman. Jangan terlalu sering menjual roti dengan diskon yang besar. Roti diskonan itu bisa menurunkan brand. Karena kesan konsumen secara umum, barang diskonan itu adalah untuk barang-barang yang tidak laku. [NP]

Tuesday, January 28, 2014

Tediousness

God...
Semoga tidak ada penyesalan setelah menolak tawaran rejeki di tempat yang lebih besar itu.
Anggapanku, lebih besar bukan berarti lebih baik
God....
Bukannya aku takut dengan tantangan
Bukannya aku terlena dengan zona nyaman
Tapi, masih banyak tanggungjawab yang harus aku selesaikan
Jadi, Please.. gimme a little strength...
Buatlah aku bersemangat seperti kemarin-kemarin.
Hilangkan kebosanan yang bisa membuatku menyesal dengan keputusan ini..

Sunday, January 19, 2014

Satelit


Bumi punya Bulan, Mars punya Phobos dan Deimos. Ada pula Titan, Miranda, Ariel. Itu bukan nama temanku. Mereka sebagian di antara satelit planet di galaksi ini. Dan kau, kau adalah Satelitku.

Kemarin aku mengatakan kau adalah Matahariku... Tidak, aku tidak ingin kau jadi matahari, karena akan ada delapan planet dan jutaan bintang yang mengelilingimu.
Aku hanya ingin kau menjadi Satelitku. Dengan begitu, kau hanya akan melihatku, dan selalu ada dengan caramu.

-NP-

Monday, January 6, 2014

Laporan Hasil Penelitian:

Judul Penelitian: Ketika Seseorang Jatuh Cinta
Koresponden: Everyone
 

http://fc01.deviantart.net/fs71/i/2012/322/6/a/anime_facial_expression_refferences_by_gothicmanga-d5leeyu.jpg 


:> Tingkat kewarasan, sulit dibedakan dengan orang gila.
:> Mendadak beralih profesi, bertranformasi menjadi penyair.
:> Daya penglihatan bermasalah, minus bertambah, semua orang terlihat mirip dia.
:> Indra penciuman bermasalah, bau toilet berubah menjadi wangi parfumnya.
:> Sistem kerja otak kiri mengalami masalah serius, tiba-tiba tidak bisa menghitung, dua tambah dua bisa jadi tetap dua, bukan empat. (2 + 2 = 2)
:> Daya tangkap otak kanan meningkat, semua yang dikatakannya tersimpan baik-baik dalam memori, natural dan tanpa disadari.
:> Kekuatan imajinasi makin parah, berkhayal tidak mengenal tempat dan waktu. Dan suka mengait-ngaitkan hal yang sebenarnya tidak terkait sama sekali.
:> Aliran musik tiba-tiba berubah menjadi melow, yang tadinya rock-punk. Atau mengikuti aliran musik si dia.
:> Tontonan favorit berubah tanpa disadari sesuai dengan kesukaan si dia.
:> Gejala insomnia melanda.
:> Nafsu makan boleh jadi bertambah, tapi kebanyakan yang jadi tidak memiliki nafsu makan. Kebalikan antara kedua itu. Tidak normal.
:> Jantungan, kecepatan detak jantung tidak stabil, kondisi terparah adalah bisa mencapai 1000 knot setiap berada di dekatnya.
:> Suhu badan dan kesehatan memburuk, demam tinggi jika berada di dekatnya. Panas khususnya di daerah pipi. Atau bahasa kedokterannya 'merona'.
:> Sekrup di otak tiba-tiba nyadat, sehingga mengakibatkan seluruh organ tubuh tak mampu digerakkan, hanya bisa diam tidak berkutik, hampir tidak bernafas, setiap kali si dia lewat atau beredar di sekitar.
:> Atau kebalikan dari poin di atas, berubah jadi banyak tingkah, banyak bicara, suara sengaja digedein biar si dia denger, atau melakukan sesuatu yang mengharapkan tanggapan baik dari si dia.
:> Deg! Begitu bunyi jantung setiap kali namanya disebut atau terbaca di tulisan.
:> Jadi paparazi. Sadar atau enggak--banyakan nggak sadar sih, kalo udah nyadar, suka kaget sendiri, ''kenapa saya melakukan ini?''--suka mengintip jejaring sosial punya si dia, pengen tau aja apa kegiatannya, apa yang dia katakan, gimana pendapatnya, dll. Kepo beud lah.
:> Suka mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan ini; ''Apa yang terjadi padaku?'', ''Apa yang kulakukan?'', ''Kenapa aku kayak gini, sih?'' dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sebenarnya tidak butuh jawaban.
:> Suka tiba-tiba bertingkah aneh, geleng-geleng sendiri, senyam-senyum sendiri, bete sendiri, kesal sendiri, gemes sendiri, bahagia sejahtera sendiri.
:> Ketik, hapus, ketik, hapus, ketik, hapus, ketik SMS untuk si dia! Kirim, enggak, kirim, enggak, kirim! Setelah sms terkirim, menutup kepala pake bantal, gemes, trus kaki ditendang berkali-kali ke kasur. Nyesel.
:> SMS belum dibalas atau enggak dibalas, uring-uringan sendiri.
:> Terakhir, sering memukul kepala sendiri.

Ditilik dari berbagai gejala dan akibat yang dialami orang yang sedang jatuh cinta di atas, maka dihimbau kepada seluruh warga negara agar senantiasa berwaspada. Jika menemukan saudara, teman, adik, atau kakak anda mengalami salah satu gejala di atas, segeralah membawanya ke KUA terdekat.
Waspadalah! Waspadalah!

NB: Jika yang bersangkutan dirasa masih belum cukup umur untuk dibawa ke KUA, biarkan dia berkembang. Arahkan ke hal-hal positif untuk memberikan cinta kepada yang membutuhkan; anak yatim, fakir miskin, orangtua, sahabat, dan tanamkan pendidikan agama sejak dini.

-NP-
 

Friday, January 3, 2014

Kutipan

Saya selalu berharap editor naskah lebih pintar ketimbang pengarang, sehingga di tangannya naskah yang bagus punya kemungkinan menjadi lebih bagus. Saya juga berharap para kritikus lebih pintar dari pengarang. Pengarang dan kritikus ibarat dua orang yang bermain catur. Jika pengarangnya yang lebih pintar, niscaya kritikusnya gagal menebak apa strategi yang dimainkan oleh si pengarang dan ke mana permainan diarahkan. Jika kritikusnya lebih pintar, berbahagialah si pengarang. Kritikus yang lebih pintar dari pengarang akan mampu mengenali kecerdasan atau kedunguan si pengarang dalam menuturkan ceritanya dan mampu juga menemukan apa yang tampak di permukaan (teks) dan apa yang tak tampak (subteks) pada karya yang dibahasnya.