kegiatan membaca saat kita sedang tidak ingin membaca itu memang cobaan yang berat.
salah satu cara yang perlu dilakukan jika cobaan itu datang adalah dengan menghadangnya. kamu bisa menggunakan hobbi lain sebagai alat penghadangnya. yap! hobby menulis misalnya. seperti yang saya lakukan sekarang ini.
saya menggeser tab dan membuka blog karena mata saya cukup lelah membaca berisan naskah-naskah yang bermacam jenis, dari yang bagus sampe yang gak bisa dimengerti. entah karena saya yang bloon ato karena mata saya udah merem-melek, hal seperti ini yang harus saya hindari, karena kalo sambil merem-melek, naskah yang bagus bisa saja saya buang. semoga itu tidak pernah terjadi.
Tuesday, June 25, 2013
Wednesday, June 19, 2013
Hari ini
Duduk depan komputer, headphone di telinga
mengalunkan Seconhand Serenade se-album, buka internet; situs toko
buku, email, facebook, twitter, kbbi, google search., kubikel penuh
tempelan pengingat apa yang kudu dikerjain, buku-buku dan
kertas-kertas berserakan, kalo bosen kadang berdiri, jalan-jalan,
corat-coret nyari inspirasi, kadang kaki diangkat, makan, ngemil, de
el el, seterah deh mau ngapain, asal jangan kayang sambil bilang waow
aja, karena itu emang gak perlu. Satu lagi, yang pasti gak boleh
ketinggalan, ada malaikat yang selalu bisikin iqra..! iqra..!
bacalaah! Bacalah! Hedeh..
Yap, emang kayak gitu lah dunia saya sekarang, dunia
seperti ini yang sudah saya impikan sejak dulu. Dikelilingi bejibun
buku, tiada hari tanpa membaca dan membaca, menjalin hubungan dengan
penulis-penulis (bukan hubungan terlarang, kok…), mengoreksi
tulisan, mencoret yang gak bener, menghapus yang gak kepake,
mengganti yang salah tempat, ketawa kalo ada tulisan yang gokil,
sedih kalo ada tulisan yang menguras air bak mandi, eh, menguras air
mata, mengerutkan kening kalo ada tulisan yang aneh, stop, stop,
stoop… intinya, wajah saya yang imut ini jadi penuh ekspresi
deeh... :P
Akhirnyaaaaaa,,,, saya ngerasain juga otak mumet karena
harus membaca naskah mentah kiriman pengarang dan penulis
antah-berantah. Mulai dari penulis yang belum terkenal, penulis yang
gagal terkenal, penulis yang gak terkenal-terkenal (padahal
tulisannya bagus), penulis yang sudah terkenal di kaumnya, hingga
penulis yang jam terbangnya sudah tinggi dan sudah makan asam-garam
kepenulisan.
Bejibun naskah dengan bermacam karakter tulisan itulah
yang bikin galau, kadang ada tulisan yang sudah bagus, tapi gak bisa
terbit karena temanya lagi gak sesuai dengan agenda penerbitan saat
itu, kadang ada juga tulisan yang menarik dan unik, tapi harus masuk
ke folder ‘anda belum beruntung’ karena pertimbangan nilai
jualnya yang bakal bikin teman-teman di bagian marketing ketar-ketir.
Gak tega juga sih…. Iya, emang, semua itu harus dipertimbangkan.
Bukan penerbitan milik mbah saya soalnya. Emang mbah saya punya
penerbitan? Punya dong, penerbitan kambing dan bebek. Eh, oh, itu
peternakan… udah ganti nama rupanya.
Friday, June 7, 2013
Ekspedisi Menuju Pantai Selatan
Laporan Perjalanan:
Genre: Nonfiksi
Kamis, 13 Mei 2010
Jonggring Saloka, nama itu masih terasa asing di telinga. Keberadaan pantai di bagian selatan pulau Jawa, tepatnya di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo pinggiran selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur ini tidak banyak yang tahu. Yang terkenal dan banyak dikunjungi adalah seperti pantai Sendang Biru, Balekambang, dan Pantai Ngeliyep. Padahal Malang masih memiliki banyak pantai dan pemandangan laut lepas yang indah lainnya, salah satunya adalah Pantai Jonggring Saloka ini.
Untuk mendapatkan pantai Jonggring Saloka ini membutuhkan tenaga yang kuat, waktu yang panjang, dan ke-nekat-an. Perlu jarak perjalanan yang berpuluh-puluh kilo. Saat ini, tidak ada yang mengunjungi pantai tersebut jika sekedar ingin rekreasi atau mengisi waktu libur. Orang-orang lebih memilih pantai Sendang Biru, Balekambang, atau Ngeliyep jika ingin berekreasi. Karena selain jaraknya yang sangat jauh, akses jalan menuju pantai Jonggring Saloka saat ini dalam kondisi yang sangat buruk. Akan sangat kesulitan jika ditempuh dengan kendaraan, karena kondisi jalan yang penuh dengan batu-batuan besar, licin, becek, dan sempit.
Genre: Nonfiksi
Kamis, 13 Mei 2010
Jonggring Saloka, nama itu masih terasa asing di telinga. Keberadaan pantai di bagian selatan pulau Jawa, tepatnya di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo pinggiran selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur ini tidak banyak yang tahu. Yang terkenal dan banyak dikunjungi adalah seperti pantai Sendang Biru, Balekambang, dan Pantai Ngeliyep. Padahal Malang masih memiliki banyak pantai dan pemandangan laut lepas yang indah lainnya, salah satunya adalah Pantai Jonggring Saloka ini.
Untuk mendapatkan pantai Jonggring Saloka ini membutuhkan tenaga yang kuat, waktu yang panjang, dan ke-nekat-an. Perlu jarak perjalanan yang berpuluh-puluh kilo. Saat ini, tidak ada yang mengunjungi pantai tersebut jika sekedar ingin rekreasi atau mengisi waktu libur. Orang-orang lebih memilih pantai Sendang Biru, Balekambang, atau Ngeliyep jika ingin berekreasi. Karena selain jaraknya yang sangat jauh, akses jalan menuju pantai Jonggring Saloka saat ini dalam kondisi yang sangat buruk. Akan sangat kesulitan jika ditempuh dengan kendaraan, karena kondisi jalan yang penuh dengan batu-batuan besar, licin, becek, dan sempit.
Something about My Job
Genre: Nonfiksi
Pernah denger perusahaan Penerbitan dan Percetakan di kota Bandung, PT. Grafindo Media Pratama. Hadehh… penerbitan apalagi ini??? Yang aku tau itu Penerbitan Erlangga, Yudhistira, Balai Pustaka, Obor, Gramedia, Gagas Media, Bukune, Dar!mizan, Repulika. Ya yang itu-itu saja. Tapi, ini! Grafindo Media Pratama?? aku taunya Andika Pratama yang artis itu. Haish! benar-benar kuper nihh. Aku pernah mengirim lamaran sebagai Editor di perusahaan ini, meskipun tadinya aku tidak terlalu familiar dengan perusahaan ini. Setelah aku mendatanginya untuk mengikuti tes tulis dan proses interview, barulah aku melongo dengan suksesnya.
Pikirku penerbitan yang memanggilku ini paling hanya penerbitan kecil-kecilan di pojok kota Bandung. Bukan karena aku meremehkan penerbitannya, tapi karena aku mengenal siapa yang mereka loloskan untuk mengikuti wawancara. Siapa lagi kalau bukan diriku sendiri. Apa coba yang mereka lihat dari email yang aku kirim dulu?? Walaupun sebenarnya waktu mengirim itu aku berharap-harap cemas sambil komat-kamit baca doa semoga ada kelanjutan, berharap banget ada panggilan wawancara. Tapi, setelah mendapat panggilan wawancara dan tes tulis, aku malah jadi gak yakin dengan perusahaannya. Hewwh… --‘
Wednesday, June 5, 2013
Kereta Senja
Puisi:
Gedung-gedung berlarian
Rumah-rumah berjejer pergi
Pepohonan melambai
Sawah-sawah melintas anggun
Leladang menghampar terbirit
Di ujung pandangku
Di komplek gunung itu
Siluet jingga menabur bumi
Sungguh, keindahan yang kubenci
Kau tau kenapa?
Karena Senja s'lalu bercerita perpisahan
Tapi, tetap kunikmati
Hampar atap berpadu luap asap
Indah taman di muka
Dengan kapal-pecahnya halaman belakang
Semua terlihat olehku
Menjulangnya gedung ruko
Beradu rendah dengan gubuk-gubuk reyot
Itu juga tampak nyata
Tanpa perlu membuka mata
Ladang melerai Bintang timur
Karena mengejar Pengirim Senja
Lihat! Di sana ada Pak Tani
Sedang berjanji pada Padi
Akan membunuh Tikus-tikus pencuri
Hei, menurutmu haruskah aku melompat
Menghampiri Pak Tani itu
Lalu, mengisahkan dunia sejatinya saat ini?
Haruskah aku turun dan berlari
Menceritakan juga pada Padi
Untuk tak merasa senang dengan janji?
Namun, urung
Aku belum ingin mati
Kubuka tirai
Aku masih di atas kereta ini
Membawaku ke kota baru
Meraih mimpi biru
Seperti langit di esok pagi.
Nina Pradani
30 Mei 2013, 5:20 pm.
@ K.A Mutiara Selatan (perjalanan Surabaya-Bandung)
Subscribe to:
Posts (Atom)