Namanya Ruth, bukan Ruth Sahanaya tentu saja. Ruth Labdawati. Panggilan Utheee, kurasa biar kedengaran lebih imut. Ya, pasti karena itu. Dia adalah orang yang paling gak rela kalo ada anak kos yang lebih muda dari dirinya. Dan paling ga bisa tenang lagi kalo ada yang lebih tua, tapi kelihatan lebih imut, seperti aku, ehm.
Pintar, cantik, memiliki kulit eksotis, tapi baginya apalah arti semua itu kalau sampai sekarang, di usianya yang menginjak 23 tahun, dirinya masih menjomblo. Hei, apa kabar gue dong? Meski suka berdebat dan mudah percaya dengan apa saja yang dia baca, Uthe sangat sensitif, gampang tersentuh, gampang nangis hanya karena nonton film--yang menurut aku gak ada sedih-sedihnya--, dan dia sangat baik hati. Sekarang aja, saat menulis ini, aku sedang makan bubur buatannya sebelum berangkat ke kampus tadi. Dibuatkan bubur dan teh anget, aku langsung sembuh. Aku sungguh terharu dibuatnya. Anak itu memang menyebalkan. Kenapa, sih, dia baik banget. Padahal aku sering jahat ke dia.
Uthe anak yang taat, nggak pernah ketinggalan atau sengaja meninggalkan ke gereja setiap hari minggu. Setiap subuh, masih dalam kegelapan kamarnya, selalu terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang merdu. Tidak begitu jelas. Mungkin dia tidak ingin mengganggu kami yang juga sedang beribadah subuh di kamar masing-masing. Kadang aku menjadi sangat terharu dengan suasana itu. Sementara di kamar lain, depan kamar Uthe, ada juga yang seiman dengan Uthe, tapi masih tertidur nyenyak. Bukan berarti dia tidak taat. Dia punya waktu sendiri. Ada lagi, di kamar sebelahku, ibadahnya cukup seminggu sekali dengan mengajak si Bleki ke gereja yang berbeda dengan Uthe. Untungnya si Bleki cukup ikut sampai parkiran, ga minta ikut masuk ke dalam.
Kembali ke masalah Uthe yang masih jomblo. Kenapa dia masih jomblo? Pernah dia cerita beberapa kali dekat dengan cowok, tapi masalahnya selalu sama, beda keyakinan. Kalopun ada yang seiman, kebanyakan orang batak. Dia tidak suka orang batak. Rasis, sih, ya. Tapi, untuk masalah cowok yang bakal seatap dengannya mungkin dia berhak menginginkan yang ideal. Kebanyakan teman juga mengalami hal yang sama. Putus-nyambung seperti menjadi hal yang biasa. Wajar, sih, emang, kan masih dalam proses pencarian. Kadang aku suka sedih kalau mendengar cerita mereka yang tidak jadi apa-apa dengan para cowok php itu. Rasanya pengen patahin satu-satu tulang cowok-cowok tidak tahu berterimakasih itu. Karena terlalu sedih dengan kisah mereka itu pula, jadinya aku tidak sempat menyedihkan diriku sendiri yang ternyata masih jomblo juga. Baiklah guys, percaya saja, jodoh nggak akan ke mana.
Astaga, heran, deh, kenapa sih ujung-ujungnya malah masalah jodoh yang dibahas. Ini pasti gegara teror Ibu yang dateng hampir tiap hari. Haha...
Uthe, lakum diinukum waliyadiin. Tapi, buburnya asin, nih...