Saturday, May 21, 2016

My Housemate, The Girl Nextdoor.



Namanya Ruth, bukan Ruth Sahanaya tentu saja. Ruth Labdawati. Panggilan Utheee, kurasa biar kedengaran lebih imut. Ya, pasti karena itu. Dia adalah orang yang paling gak rela kalo ada anak kos yang lebih muda dari dirinya. Dan paling ga bisa tenang lagi kalo ada yang lebih tua, tapi kelihatan lebih imut, seperti aku, ehm.

Pintar, cantik, memiliki kulit eksotis, tapi baginya apalah arti semua itu kalau sampai sekarang, di usianya yang menginjak 23 tahun, dirinya masih menjomblo. Hei, apa kabar gue dong? Meski suka berdebat dan mudah percaya dengan apa saja yang dia baca, Uthe sangat sensitif, gampang tersentuh, gampang nangis hanya karena nonton film--yang menurut aku gak ada sedih-sedihnya--, dan dia sangat baik hati. Sekarang aja, saat menulis ini, aku sedang makan bubur buatannya sebelum berangkat ke kampus tadi. Dibuatkan bubur dan teh anget, aku langsung sembuh. Aku sungguh terharu dibuatnya. Anak itu memang menyebalkan. Kenapa, sih, dia baik banget. Padahal aku sering jahat ke dia.

Uthe anak yang taat, nggak pernah ketinggalan atau sengaja meninggalkan ke gereja setiap hari minggu. Setiap subuh, masih dalam kegelapan kamarnya, selalu terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang merdu. Tidak begitu jelas. Mungkin dia tidak ingin mengganggu kami yang juga sedang beribadah subuh di kamar masing-masing. Kadang aku menjadi sangat terharu dengan suasana itu. Sementara di kamar lain, depan kamar Uthe, ada juga yang seiman dengan Uthe, tapi masih tertidur nyenyak. Bukan berarti dia tidak taat. Dia punya waktu sendiri. Ada lagi, di kamar sebelahku, ibadahnya cukup seminggu sekali dengan mengajak si Bleki ke gereja yang berbeda dengan Uthe. Untungnya si Bleki cukup ikut sampai parkiran, ga minta ikut masuk ke dalam.

Kembali ke masalah Uthe yang masih jomblo. Kenapa dia masih jomblo? Pernah dia cerita beberapa kali dekat dengan cowok, tapi masalahnya selalu sama, beda keyakinan. Kalopun ada yang seiman, kebanyakan orang batak. Dia tidak suka orang batak. Rasis, sih, ya. Tapi, untuk masalah cowok yang bakal seatap dengannya mungkin dia berhak menginginkan yang ideal. Kebanyakan teman juga mengalami hal yang sama. Putus-nyambung seperti menjadi hal yang biasa. Wajar, sih, emang, kan masih dalam proses pencarian. Kadang aku suka sedih kalau mendengar cerita mereka yang tidak jadi apa-apa dengan para cowok php itu. Rasanya pengen patahin satu-satu tulang cowok-cowok tidak tahu berterimakasih itu. Karena terlalu sedih dengan kisah mereka itu pula, jadinya aku tidak sempat menyedihkan diriku sendiri yang ternyata masih jomblo juga. Baiklah guys, percaya saja, jodoh nggak akan ke mana.

Astaga, heran, deh, kenapa sih ujung-ujungnya malah masalah jodoh yang dibahas. Ini pasti gegara teror Ibu yang dateng hampir tiap hari. Haha...

Uthe, lakum diinukum waliyadiin. Tapi, buburnya asin, nih...

Sunday, May 15, 2016

Pagi Berpuisi

Lantai itu masih dingin
Dinding itu masih membisu
Daun pintu masih dengan derit mencekam
Langit-langit masih menatap cemooh
Cicak pun masih tak berdecak risau.

Tapi, sejak saat itu, terbit mentari tak lagi sama
Semburatnya melukis namamu
Bulir embun mengkilau rindu untukmu
Sejuknya udara mengabarkan cinta padamu.

Sejak saat itu, sepenggalahan tak lagi sama
Meski masih merangkak menembus pikuk menemui sunyi
Mendengar hembus angin mengantar kata-kata cinta untukmu, bercengkrama denganmu
Ah, betapa bahagianya menjadi angin.

Sejak saat itu, terik matahari tak lagi sama
Melupakan santapan yang terhidang
Meninggalkan cuap-cuap teriring gurau tawa
Mencari sunyi yang menenangkan.

Sejak saat itu, bias jingga tak lagi sama
Awan tak lagi berarak kelabu
Cuaca tak lagi mendung
Meski masih dengan rintik dan deras
Perjalanan pulang tak lagi senyap
Selalu ada yang menemani.

Harusnya
Sejak saat itu
Begitu

Tapi, mengapa tetap saja
Lantai tak begitu hangat
Dinding pun belum ingin bicara
Daun pintu bahkan terbuka lebar tak berderit
Langit-langit menatap tanpa ekspresi
Cicak kini berdecak mengganggu.

Pasti ada yang belum selesai
Ada
Pasti
Apa?




Monday, May 9, 2016

Sin(cere)



Suatu hari saya diberi tugas nge-proof Juz 'Amma Super, ketemulah saya dengan kosakata sincere pada halaman sekian bagian suplemen kosakata. Di sana tertulis dengan huruf hijaiyah "ikhlaasun", bahasa Inggris "sincere", dan arti bahasa Indonesianya "ikhlas". Entah apa sebab saat melihat sepenggal kata itu saya seperti tertampar "plakk". Dan di kepala saya langsung muncul balon kata tertulis tanda buka-tutup kurung yang memisahkan kata "sin", tulisannya begini: sin(cere). Dan saya langsung merinding gak disko.

Tetap Positif Setiap Hari



1.      Bangun pagi.
Menurut para ahli bangun pagi, bangun di pagi hari membuat tubuh terasa lebih segar dibandingkan bangun setelah matahari sudah terbit. Bangun pagi yang dimaksud di sini sekitar jam tiga, empat, dan lima pagi. Pada waktu-waktu tersebut udara masih segar, suhu udara mengandung lebih banyak oksigen karena hasil fotosintesis tumbuhan belum ternodai oleh polusi kendaraan. Mereka bisa kehilangan kesempatan menghirup udara segar jika kesiangan. Tidak hanya buruk bagi kesehatan, bangun siang juga dapat merusak mood, akibatnya kehidupan sosialmu pun terganggu. Contohnya, kamu bangun kesiangan, lalu terburu-buru berangkat ke kantor atau sekolah, takut terlambat sehingga tidak sempat sarapan, tidak ada asupan energi, tubuh menjadi lemas dan tidak bersemangat. Tidak cukup sampai di situ, sekarang buku PR-mu ketinggalan, tentu saja kamu kena hukuman. Ditambah lagi, beberapa alat tulis tidak dibawa, sebelum berangkat tadi tidak sempat memeriksa tas. Jangankan periksa isi tas, mandi aja kamu selesaikan dalam waktu kurang dari 5 menit. Kamu merasa gerah karena capek abis lari-lari ngejar bus sekolah, rasanya ingin marah pada semua orang. Itulah yang dimaksud dengan bangun siang dapat mengganggu kehidupan sosialmu. Mulai sekarang, biasakan diri bangun di pagi hari agar kamu bisa menjalani aktivitas dengan semangat, ceria, dan tetap positif.

Tuesday, May 3, 2016

Dongeng sebelum tidur

Pada suatu masa, seorang profesor berencana menciptakan sesuatu yang bisa (dan bersedia tanpa pamrih) mengerjakan apa yang dia inginkan. Lalu, diciptakanlah sebuah robot yang bisa bergerak sesuka mesin. Ya, seperti juga manusia yang bergerak sesuka hati, robot itu diberi kepintaran sehingga bisa melakukan apa saja sesuai kehendak mesinnya. Profesor sengaja membuatnya seperti itu agar ciptaan ini berbeda dari ciptaannya yang lain. Sekaligus ia ingin membuktikan sehebat apa ciptaannya.