Monday, May 9, 2016
Sin(cere)
Suatu hari saya diberi tugas nge-proof Juz 'Amma Super, ketemulah saya dengan kosakata sincere pada halaman sekian bagian suplemen kosakata. Di sana tertulis dengan huruf hijaiyah "ikhlaasun", bahasa Inggris "sincere", dan arti bahasa Indonesianya "ikhlas". Entah apa sebab saat melihat sepenggal kata itu saya seperti tertampar "plakk". Dan di kepala saya langsung muncul balon kata tertulis tanda buka-tutup kurung yang memisahkan kata "sin", tulisannya begini: sin(cere). Dan saya langsung merinding gak disko.
Ya ampun, saya tahu selama ini ibadah saya mungkin.. em.. ang.. eng... poinnya saya nggak yakin sudah ikhlas apa baru sekadar menjalankan rutinitas wajib. Sepertinya, sih, yang terakhir. Tapi, apakah saya langsung berdosa karena itu?
Ternyata, iya. Jawabannya IYA. Sekali lagi IIIIYYYAAAA. Bahkan dosa besar. Itu setelah saya cari tahu (atau lebih tepatnya setelah dikasih tahu seorang guru tentang hal-hal terkait, setelah tertampar, dan sadar).
Waktu itu saya bertanya-tanya, kok, bisa kepikiran yang beginian? Maksud saya hubungan kata yang seperti ini. Bentar, bentar! Apakah ini penemuan pertama? Wah, saya bisa jadi yang pertama? Saya menciptakan teori. Teori dosa dan ikhlas dari satu kata bahasa Inggris. Well.. well, mungkin itu terdengar berlebihan. Tapi, serius, saya jadi bangga sama diri sendiri, sok bangetlah pokoknya. Padahal bisa jadi ini norak abis. Dan jangan-jangan sudah ada yang pernah kepikiran. Atau waktu dibuat, penciptaan kata tersebut memang dimaksudkan untuk itu? Dan saya saja yang nggak pernah tahu? Saya langsung gugling, nggak ada! Sin(cere) has no found. Horeee...!
Saya tak perlu izin negara untuk mempublikasikan penemuan ini, saya hanya menulisnya menjadi status di akun WhatsApp. Tak lama, satu chat masuk dari salah seorang teman memberi apresiasi positif tentang status itu. Otomatis kuping saya langsung melebar, hidung gatal tanpa sebab, kaki sudah tidak menginjak tanah lagi karena dialasi karpet. Dan teman yang memberi apresiasi itu sarjana bahasa Inggris. Saya tidak tahu dia menyukai status yang saya tulis karena memang asli suka maknanya atau mengejek saya yang sebenernya nggak jago bahasa Inggris, yang jelas saya tetap percaya dia berkata jujur dan tulus.
Tulus, ya, tulus mungkin tidak jauh beda dengan kata ikhlas. Kata ikhlas meresap di dalam benak saya ketika menonton film Kiamat Sudah Dekat yang waktu itu diperankan oleh Andre Taulani sebagai Fandy, Deddy Mizwar sebagai Haji Romli sekaligus sang sutradara, dan Ayu Pratiwi sebagai Sarah anaknya Pak Haji Romli. Saat itu, masih jarang film dengan memerankan cewek berjilbab, tidak sebejibun sekarang.
Keikhlasan memang sesuatu yang sulit diukur. Dalam film itu, Fandy yang jatuh cinta pada Sarah adalah seorang rocker yang bahkan tidak tahu apakah dirinya sudah dikhitan atau belum. Ditanya tentang shalat dan mengaji apalagi. Akhirnya Pak Haji Romli memberi syarat kepada Fandy agar bisa shalat, mengaji, dan menguasai ilmu ikhlas dalam waktu dua minggu, baru direstui.
Setelah melewati perjuangan hebat belajar shalat dan mengaji, perjuangan Fandy untuk menguasai ilmu ikhlas lah yang paling sulit. Dia sudah membaca banyak buku, belajar ke mana-mana, mencari ke sana ke mari hingga hampir mau mencabut papan tulisan "Masjid Al-Ikhlas" yang juga dikira bisa membuatnya menguasai ilmu ikhlas. Dan segala macam usaha, tidak juga ditemukannya titik terang apa itu ilmu ikhlas.
Sampai pada akhirnya Fandy menyerah. Batasan waktu yang diberikan, dua minggu kemudian (setelah dua minggu setor shalat, dan dua minggu setor mengaji) Fandy mendatangi Pak Haji Romli, ia menyatakan diri menyerah karena belum menemukan apalagi menguasai ilmu ikhlas. Ia menyerah untuk mendapatkan Sarah. Dia pasrah dan ikhlas kalau ternyata Sarah bukan jodohnya. Dia berterima kasih kepada Pak Haji Romli yang telah mengajarkannya Islam, mengenal Tuhan, sampai akhirnya bisa shalat dan mengaji. Bagi Fandy, itu saja sudah lebih dari cukup.
Nah, saat itulah kemudian Pak Haji Romli terkejut dan senang. Fandy sudah mendapatkan apa yang namanya ilmu ikhlas. Ia sudah ikhlas melepas Sarah. Itu menjadi salah satu ukuran Pak Haji untuk mengatakan Fandy sudah menguasai ilmu ikhlas. Dan akhirnya, Pak Haji merestui, mereka pun... ah sudahlah... kenyataan di film itu terlalu manis. Saya tidak sanggup melanjutkan. :D
Jadi, ini kenapa saya jadinya malah cerita film ya?
Ya seperti itulah kira-kira sekilas tentang keikhlasan yang dalam bahasa Inggris tadi sincere. Sampai sekarang saya mungkin sedikit tahu apa itu ikhlas, ya dari film tadi maksudnya. Jadi, ikhlas itu melepaskan. Dari buku-buku juga kurang lebih penjelasannya seperti itu. Banyak juga sih penjelasan yang lebih dalam dan lebih luas. Tapi, intinya sama tidak berharap kepada selain-Nya. Nah, menjalankannya itu, tuh, yang luar biasa sulit. Dan saya nggak tau gimana cara ngukurnya. Kalau saya bilang saya sudah ikhlas melepas kepergian kaktus yang sudah tamat riwayatnya ini, kenapa saya masih belum membuang potnya? Oke, itu artinya belum ikhlas. Lalu, kalau saya bilang sudah melakukan suatu kebaikan dengan ikhlas karena Allah, kenapa saya masih merasa senang saat ada orang yang memuji? Dan terus saja seperti itu.
Masalah kesekian adalah, barangsiapa yang melakukan amal atau ibadah dengan niat yang tidak ikhlas maka celakalah ia. Ada yang bilang itu termasuk syirik. Menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Dan itu artinya sin (dosa), kan? Dari sinilah muncul "sin(cere)" yang saya karang bebas filosofinya: jika tidak ikhlas maka itu dosa. Iya, sih, yang tahu dosa atau enggaknya manusia itu cuma Yang Maha Pembuat Perhitungan dan Dia tidak pernah salah dengan hitungan-Nya. Jadi, manusia hanya harus bergantung pada-Nya, bukan yang lain. Banyak-banyak istighfar, dan pelajari lagi ilmu ikhlas. Sekarang yang saya takutkan, tulisan ini membuktikan ketidak-ikhlasan saya belajar. Ternyata saya masih ingin menulis. Baiklah, tidak masalah, anggap saja sedang mengikat makna dengan tulisan biar nggak keburu lupa. See? Saya sedang mencari pembenaran.
wallahuwalam bishawab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment