Sunday, May 15, 2016

Pagi Berpuisi

Lantai itu masih dingin
Dinding itu masih membisu
Daun pintu masih dengan derit mencekam
Langit-langit masih menatap cemooh
Cicak pun masih tak berdecak risau.

Tapi, sejak saat itu, terbit mentari tak lagi sama
Semburatnya melukis namamu
Bulir embun mengkilau rindu untukmu
Sejuknya udara mengabarkan cinta padamu.

Sejak saat itu, sepenggalahan tak lagi sama
Meski masih merangkak menembus pikuk menemui sunyi
Mendengar hembus angin mengantar kata-kata cinta untukmu, bercengkrama denganmu
Ah, betapa bahagianya menjadi angin.

Sejak saat itu, terik matahari tak lagi sama
Melupakan santapan yang terhidang
Meninggalkan cuap-cuap teriring gurau tawa
Mencari sunyi yang menenangkan.

Sejak saat itu, bias jingga tak lagi sama
Awan tak lagi berarak kelabu
Cuaca tak lagi mendung
Meski masih dengan rintik dan deras
Perjalanan pulang tak lagi senyap
Selalu ada yang menemani.

Harusnya
Sejak saat itu
Begitu

Tapi, mengapa tetap saja
Lantai tak begitu hangat
Dinding pun belum ingin bicara
Daun pintu bahkan terbuka lebar tak berderit
Langit-langit menatap tanpa ekspresi
Cicak kini berdecak mengganggu.

Pasti ada yang belum selesai
Ada
Pasti
Apa?




No comments: