Tahun 570/571 M : Kelahiran
Seorang bayi istimewa lahir
di kota bernama Makkah. Dia adalah Muhammad. Tepat pada tahun itu, pasukan
gajah Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah. Namun, rencana jahat Abrahah tidak
dikehendaki oleh Allah Swt.. Allah sendiri yang melindungi Ka’bah dengan
mengirimkan segerombolan burung Ababil untuk menyerang pasukan Abrahah.
Burung-burung itu beterbangan memenuhi angkasa, membawa kerikil panas dari
neraka dan menjatuhkannya, sehingga membuat pasukan Abrahah kocar-kacir, hancur
seketika. Sementara itu, Abdul Mutthalib, sang penjaga Ka’bah, tengah
berbahagia karena telah lahir cucunya dari anaknya, Abdullah yang telah
meninggal. Itulah mengapa tahun kelahiran Muhammad lebih dikenal dengan tahun
gajah.
Tahun 576 M : Yatim Piatu
Ketika Muhammad telah berusia enam
tahun, Aminah binti Wahb, Ibundanya membawa Muhammad ke Madinah untuk mengunjungi
paman-paman dari jalur ibunya di Bani Adi bin An-Najjar. Sesampai mereka di
Madinah, Muhammad diperlihatkan rumah tempat Ayahnya meninggal dulu dan tempat
dikuburkannya. Itu adalah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim. Sekitar
sebulan lamanya mereka tinggal di Madinah, Aminah dan Muhammad beserta
rombongan pun kembali ke Makkah. Di tengah perjalanan, Ibunda Aminah meninggalkannya
untuk selamanya, tepatnya di Al-Abwa', sebuah kawasan yg berada di antara Makkah
dan Madinah, kira-kira sejauh 23
mil di sebelah selatan kota Madinah.
Tahun 578 M
: Kesedihan
Setelah ditinggal Ibunda Aminah,
Muhammad dibesarkan oleh Kakeknya, Abdul Mutthalib. Pada saat itu, Abdul
Mutthalib adalah orang yang sangat dihormati dan disegani di kalangan kaum
Quraisy. Ia sangat mencintai Muhammad dan membesarkannya dengan kasih sayang. Dengan kasih sayang Kakeknya, Muhammad dapat melupakan kesedihannya atas
kematian Ibunda Aminah. Tetapi, keadaan itu tidak lama berjalan, hanya
berselang dua tahun ia merasa terhibur di bawah asuhan Kakeknya, orang tua yang baik hati
itu meninggal dalam usia delapan
puluh tahun. Ketika itu, Muhammad baru berusia delapan tahun.
Tahun 583 M
: Melakukan
Perjalanan Dagang ke Syam
Sesuai dengan wasiat Abdul Mutthalib, maka Muhammad diasuh oleh
pamannya, Abu Thalib. Kesungguhannya mengasuh Muhammad serta kasih sayang yang dia curahkan kepada keponakannya
sangatlah besar, seperti halnya ia menyayangi anaknya sendiri.
Saat Muhammad
berusia dua belas tahun, beliau diajak Abu Thalib pergi ke Syam untuk melakukan
perjalanan dagang. Perjalanan yang dilakukan Muhammad bukanlah perjalanan
biasa, sekadar ikut rombongan untuk bersenang-senang seolah berwisata. Bukan.
Perjalanan dagang yang mereka lakukan adalah perjalanan yang berat dan
berbahaya, mereka harus menyusuri padang pasir yang tandus dan menghadapi
berbagai ancaman binatang buas juga gangguan perampok. Akan tetapi, karena kebiasaan
mengikuti perjalanan dagang dengan Pamannya inilah akhirnya Muhammad dapat belajar
berdagang, dan kelak menjadi pedagang yang sukses.
Tahun 595 M
: Menikah
dengan Khadijah
Belajar dari Sang Paman membuat
Muhammad menjadi pedagang yang sukses dan kaya di usia yang masih muda. Karena
itu, Muhammad yang masih berusia 25 tahun telah mampu menikahi Khadijah, seorang
janda kaya raya dengan mahar seratus ekor unta. Khadijah adalah seorang
pengusaha yang memercayai Muhammad untuk menjajakan dagangannya ke Suriah.
Karena kejujuran Muhammad, Khadijah menaruh hati padanya. Muhammad dan Khadijah
dikaruniai dua putra, Qasim dan Abdullah, dan empat putri, yaitu; Zainab,
Rukayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Khadijah adalah wanita pertama yang masuk
Islam.
Tahun 610 M
: Wahyu
Pertama dan Diangkat Menjadi Rasul
Menjelang usia 40 tahun, Muhammad
sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Gua ini terletak di bukit Hira,
sekitar 6 km di sebelah timur laut kota Makkah. Di gua tersebutlah Muhammad
beribadah sepanjang Ramadhan, hingga pada tanggal 17 Ramadhan 12 SH atau 6
Agustus 610 M, turun wahyu pertama, yaitu surat Al-‘Alaq. Wahyu pertama itulah
penanda Muhammad diangkat menjadi Rasul.
Tahun 613 M
: Memulai
Dakwah Terbuka
Setelah menerima wahyu pertama,
Rasulullah mulai melakukan dakwah. Pertama-tama, beliau melakukan dakwah secara
diam-diam, mengenalkan Islam kepada keluarga terdekat dan para sahabat. Mereka
kemudian masuk Islam dan meyakini kebenaran apa yang disampaikan Nabi Muhammad
Saw.. Mereka sudah sangat mengenal Muhammad yang tidak pernah berbohong,
sehingga tidak ada keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan. Di antara
hamba-hamba Allah yang pertama masuk Islam itu adalah; Khadijah, Abu Bakar
As-Shiddiq, dan Ali bin Abi Thalib.
Tahun 615 M
: Hijrah
Pertama ke Habasyah
HIjarah pertama kaum muslim ke
Habasyah, saat ini lebih dikenal dengan Ethiopia karena Muslim di Makkah
ditindas, disiksa, dan dihina oleh kaum kafir
Quraisy. Akhirnya, pada bulan Rajab 614 Masehi, sebelas pria dan empat wanita
hijrah buat pertama kali dari Makkah. Mereka dipimpin Usman bin Maz`un.
Rombongan ini meninggalkan Makkah di malam yang gelap dan menuju lautan saat
dua kapal akan berlayar menuju tujuan mereka, Axum. Berita kepergian kaum
Muslim ke Habsyah menggegerkan kaum Quraisy di Makkah, dan langsung bertindak
mengirim bala
tentara. Usaha mereka gagal, sementara rombongan hijrah telah meninggalkan
Pelabuhan Shuaibah dan telah mencapai Habsyah, dilindungi oleh Raja Ashama ibn
Abjar, yang lebih dikenal sebagai al-Najasyi.
Rombongan kedua, berangkat pada
tahun 615 Masehi, terdapat 79 pria dan 9 wanita. Rombongan ini dipimpin Jaafar
bin Abi Talib, satu-satunya pria dari Bani Hasyim yang hijrah.
Tahun 616 – 619 M
: Boikot
Quraisy terhadap Bani Hasyim
Selama tiga tahun pemboikotan
itu berlangsung. Pemboikotan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim. Siapa pun
dari keluarga Bani Hasyim dimusuhi, dilarang melakukan perdagangan dengan Bani
Hasyim, dilarang menikahi mereka, dilarang memberi pekerjaan. Sehingga hal itu
mengakibatkan kaum muslim dari Bani Hasyim terkucilkan. Adapun secara rinci isi
pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat, berikut adalah isi surat
perjanjian itu:
- Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam
- Kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam
- Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam
- Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang islam yang sakit
- Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur
- Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang pemboikotan itu digantung di
dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur bin Ikrimah. Setelah tiga tahun,
undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap. Kemudian undang-undang
tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu
Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan
siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.
Tahun 619 M
: Tahun
Kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal
Nabi Muhammad Saw. benar-benar sedih
ketika Abu Thalib yang menjadi pelindung utamanya meninggal dalam usia 87
tahun. Belum hilang kesedihannya, Khadijah, istrinya yang sangat ia cintai dan
selalu mendampingi dalam perjuangannya selama ini juga pergi meninggalkan
beliau untuk selamanya. Kesedihan yang sangat mendalam beliau rasakan atas
kepergian kedua orang yang menjadi pembelanya. Karena itu, tahun ke- 10
kenabian ini disebut 'Am al-Huzn (tahun duka cita).
Tahun 620 M
: Isra'
dan Mi'raj
Isra’ dan Mi’raj, istilah tersebut
pasti sudah tidak asing lagi buat kalian. Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam
dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra’, Nabi Muhammad Saw. “diberangkatkan”
oleh Allah Swt. dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu, dalam Mi’raj
Nabi Muhammad Saw. dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha. Di sana lah
beliau mendapat perintah langsung dari Allah Swt. untuk menunaikan shalat lima
waktu.
Tahun 621 M
: Bai'at
Aqabah Pertama
Bai’at Aqabah adalah perjanjian yang
dilakukan dengan Nabi Muhammad Saw. di Aqabah. Suatu saat, Nabi bertemu dengan 12
orang suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib. Nabi menggunakan kesempatan ini untuk
memperkenalkan agama Islam. Mereka pun menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi.
Isi Bai’at tersebut adalah:
Ø Tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
Ø Melaksanakan
apa yang Allah perintahkan.
Ø Meninggalkan
apa yang Allah larang.
Setelah pulang ke Yatsrib, mereka
memberitahukan hal tersebut kepada penduduk lainnya.
Tahun 622 M
: Bai'at
Aqabah Kedua
Pada musim haji berikutnya, sejumlah
penduduk dari Yastrib mendatangi Nabi di Aqabah. Mereka adalah 73 orang pria
dan 2 orang wanita yang menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi pada waktu
tengah malam, yang kemudian dikenal dengan Bai’at Aqabah Kedua. Adapun isi Bai’atnya
adalah:
Ø Untuk
mendengar dan taat, baik dalam perkara mereka sukai maupun yang mereka benci.
Ø Untuk
berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
Ø Untuk
beramar makruf nahi munkar.
Ø Agar
mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah.
Ø Agar
mereka melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan
anak-anak mereka sendiri.
Mereka juga meminta agar Nabi
bersedia pindah ke Yatsrib untuk menghindari gangguan orang Quraisy. Mereka
berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman.
Tahun 622 M
: Hijrah
ke Madinah
Dua belas tahun sudah Nabi
berdakwah, tapi kaum Quraisy tetap belum mau menerima Muhammad sebagai Rasul
terakhir. Lebih kejam lagi, mereka berencana untuk membunuh Nabi. Maka, bersama
Abu Bakar Nabi meninggalkan Makkah dan hijrah ke Yatsrib, 320 kilometer (200
mil) utara Makkah. Setelah Nabi hijrah, kota Yatsrib kemudian dikenal dengan
sebutan Madinah an-Nabi (kota Nabi)
atau Madinah al- Munawwarah (kota
yang bercahaya).
Tahun 624 M :
Perang
Badar
Pertempurasn besar pertama antara umat
Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah.
Pasukan kecil kaum muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan
Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang. Meskipun jumlahnya tidak
seimbang, pasukan Muslim mampu menghancurkan barisan pertahanan pasukan
Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Tahun 624 M :
Pengusiran
Bani Qainuqa
Bani Qainuqa adalah satu dari tiga
suku Yahudi yang tinggal di Yastrib, atau sekarang yang disebut Madinah. Mereka
diusir oleh Nabi Muhammad Saw. karena melanggar perjanjian yang dikenal sebagai
Piagam Madinah. Piagam Madinah sendiri dibuat untuk mengatur kehidupan umat di
Yastrib, baik itu untuk kaum Muslim maupun kaum Yahudi.
Pada suatu ketika,
Ada seorang wanita Arab datang ke pasar Yahudi Bani Qainuqa' dengan membawa
perhiasan. Ia sedang duduk menghadapi tukang emas. Mereka berusaha supaya si
wanita memperlihatkan mukanya. Namun, wanita Muslimah itu menolak. Tiba-tiba,
datang seorang Yahudi dengan diam-diam dari
belakang, lalu mengaitkan ujung baju wanita itu dengan sebatang penyemat ke
punggungnya. Dan ketika wanita itu berdiri, tampaklah auratnya. Mereka
ramai-ramai menertawakannya. Kemudian, datanglah seorang laki-laki Muslim yang langsung
menerkam tukang emas dan membunuh Yahudi yang bertindak kurang ajar itu.
Orang-orang Yahudi yang lain datang ramai-ramai mengikat laki-laki Muslim dan
membunuhnya.
Keluarga Muslim ini
meminta bantuan kaum Muslimin dalam menghadapi pihak Yahudi, yang
selanjutnya menimbulkan bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Bani
Qainuqa. Rasulullah kemudian meminta mereka agar jangan lagi mengganggu kaum
Muslimin dan supaya tetap memelihara perjanjian perdamaian yang sudah ada.
Kalau tidak, mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi
peringatan ini tidak diindahkan oleh mereka. Akhirnya, Rasulullah
memutuskan untuk mengusir kaum tersebut.
Tahun 625 M
: Perang
Uhud
Pertempuran Uhud terjadi kurang
lebih sekitar setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Perang yang terjadi
di dekat bukir Uhud tersebut melibatkan kaum Muslim dengan jumlah pasukan 700
orang dan 3.000 orang di pihak kaum Quraisy. Jumlah pasukan yang sama tidak
seimbangnya dengan Perang Badar. Meski demikian, pasukan Quraisy tetap tidak
bisa menguasai Madinah, mereka menyerah dan kembali ke Makkah setelah
mengetahui Rasulullah masih hidup walaupun mereka berhasil merebut pos umat
Muslim di atas bukit Uhud. Keberhasilan pasukan Quraisy hingga sampai di atas
bukit semata-mata karena kelalaian pasukan Muslim yang tergoda dengan harta
rampasan perang.
Memang, pasukan Muslim yang wafat
lebih banyak dari pasukan Quraisy, pasukan Muslim berjumlah 70 orang, sedangkan
pasukan kafir Quraisy berjumlah 23 orang. Namun, kemenangan tidak bisa dilihat
dari jumlah pasukan yang gugur saja. Harus dihitung berapa total pasukan yang
bertempur. Pasukan Muslim hanya 650 orang sedangkan pasukan kafir Quraisy 3.000
orang. Harusnya dengan jumlah pasukan sebesar itu, pasukan Quraisy tidak
mungkin kalah. Tapi, mereka kehilangan 23 orang. Jika jumlah pasukan disamakan,
berarti yang mati di pihak Quraisy lebih banyak.
Tahun 630 M
: Fathu
Makkah
Suatu ketika, kaum Quraisy melanggar
Perjanjian Hudaibiyah dengan membantu sekutu mereka menyerang sekutu kaum
Muslim. Mengetahui hal itu, Nabi segera menyiapkan sepuluh ribu pasukan Muslim
untuk berangkat ke Makkah. Pasukan muslim memasuki kota Makkah tanpa perlawanan
dari kaum Quraisy. Peristiwa itu disebut Fathu Makkah (pembebasan Makkah). Di Makkah,
Nabi menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Setelah itu, Nabi
menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Kemudian mereka mendirikan shalat
berjamaah dengan dipimpin oleh Rasulullah Saw..
Tahun 630 M : Perang Hunain
Tahun 630 M :
Penaklukan Thaif.
Tahun 631 M : Menguasai sebagian besar Jazirah Arab.
Tahun 632 M : Perang Tabuk.
Tahun 632 M : Haji Wada'.
Tahun 632 M : Rasulullah Saw. Wafat.
Sumber:
http://tagtag.com/nabi25/
http://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.comhttp://www.wikipedia.com
No comments:
Post a Comment