Thursday, April 10, 2014

Lebih Dekat dengan Rasulullah



Tahun 570/571 M : Kelahiran
Seorang bayi istimewa lahir di kota bernama Makkah. Dia adalah Muhammad. Tepat pada tahun itu, pasukan gajah Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah. Namun, rencana jahat Abrahah tidak dikehendaki oleh Allah Swt.. Allah sendiri yang melindungi Ka’bah dengan mengirimkan segerombolan burung Ababil untuk menyerang pasukan Abrahah. Burung-burung itu beterbangan memenuhi angkasa, membawa kerikil panas dari neraka dan menjatuhkannya, sehingga membuat pasukan Abrahah kocar-kacir, hancur seketika. Sementara itu, Abdul Mutthalib, sang penjaga Ka’bah, tengah berbahagia karena telah lahir cucunya dari anaknya, Abdullah yang telah meninggal. Itulah mengapa tahun kelahiran Muhammad lebih dikenal dengan tahun gajah.


Tahun 576 M : Yatim Piatu
Ketika Muhammad telah berusia enam tahun, Aminah binti Wahb, Ibundanya membawa Muhammad ke Madinah untuk mengunjungi paman-paman dari jalur ibunya di Bani Adi bin An-Najjar. Sesampai mereka di Madinah, Muhammad diperlihatkan rumah tempat Ayahnya meninggal dulu dan tempat dikuburkannya. Itu adalah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim. Sekitar sebulan lamanya mereka tinggal di Madinah, Aminah dan Muhammad beserta rombongan pun kembali ke Makkah. Di tengah perjalanan, Ibunda Aminah meninggalkannya untuk selamanya, tepatnya di Al-Abwa', sebuah kawasan yg berada di antara Makkah dan Madinah, kira-kira sejauh 23 mil di sebelah selatan kota Madinah.

Tahun 578 M : Kesedihan
Setelah ditinggal Ibunda Aminah, Muhammad dibesarkan oleh Kakeknya, Abdul Mutthalib. Pada saat itu, Abdul Mutthalib adalah orang yang sangat dihormati dan disegani di kalangan kaum Quraisy. Ia sangat mencintai Muhammad dan membesarkannya dengan kasih sayang. Dengan kasih sayang Kakeknya, Muhammad dapat melupakan kesedihannya atas kematian Ibunda Aminah. Tetapi, keadaan itu tidak lama berjalan, hanya berselang dua tahun ia merasa terhibur di bawah asuhan Kakeknya, orang tua yang baik hati itu meninggal dalam usia delapan puluh tahun. Ketika itu, Muhammad baru berusia delapan tahun.

Tahun 583 M : Melakukan Perjalanan Dagang ke Syam
Sesuai dengan wasiat Abdul Mutthalib, maka Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Kesungguhannya mengasuh Muhammad serta kasih sayang yang dia curahkan kepada keponakannya sangatlah besar, seperti halnya ia menyayangi anaknya sendiri.
Saat Muhammad berusia dua belas tahun, beliau diajak Abu Thalib pergi ke Syam untuk melakukan perjalanan dagang. Perjalanan yang dilakukan Muhammad bukanlah perjalanan biasa, sekadar ikut rombongan untuk bersenang-senang seolah berwisata. Bukan. Perjalanan dagang yang mereka lakukan adalah perjalanan yang berat dan berbahaya, mereka harus menyusuri padang pasir yang tandus dan menghadapi berbagai ancaman binatang buas juga gangguan perampok. Akan tetapi, karena kebiasaan mengikuti perjalanan dagang dengan Pamannya inilah akhirnya Muhammad dapat belajar berdagang, dan kelak menjadi pedagang yang sukses.

Tahun 595 M : Menikah dengan Khadijah
Belajar dari Sang Paman membuat Muhammad menjadi pedagang yang sukses dan kaya di usia yang masih muda. Karena itu, Muhammad yang masih berusia 25 tahun telah mampu menikahi Khadijah, seorang janda kaya raya dengan mahar seratus ekor unta. Khadijah adalah seorang pengusaha yang memercayai Muhammad untuk menjajakan dagangannya ke Suriah. Karena kejujuran Muhammad, Khadijah menaruh hati padanya. Muhammad dan Khadijah dikaruniai dua putra, Qasim dan Abdullah, dan empat putri, yaitu; Zainab, Rukayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam.

Tahun 610 M : Wahyu Pertama dan Diangkat Menjadi Rasul
Menjelang usia 40 tahun, Muhammad sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Gua ini terletak di bukit Hira, sekitar 6 km di sebelah timur laut kota Makkah. Di gua tersebutlah Muhammad beribadah sepanjang Ramadhan, hingga pada tanggal 17 Ramadhan 12 SH atau 6 Agustus 610 M, turun wahyu pertama, yaitu surat Al-‘Alaq. Wahyu pertama itulah penanda Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Tahun 613 M : Memulai Dakwah Terbuka
Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah mulai melakukan dakwah. Pertama-tama, beliau melakukan dakwah secara diam-diam, mengenalkan Islam kepada keluarga terdekat dan para sahabat. Mereka kemudian masuk Islam dan meyakini kebenaran apa yang disampaikan Nabi Muhammad Saw.. Mereka sudah sangat mengenal Muhammad yang tidak pernah berbohong, sehingga tidak ada keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan. Di antara hamba-hamba Allah yang pertama masuk Islam itu adalah; Khadijah, Abu Bakar As-Shiddiq, dan Ali bin Abi Thalib.

Tahun 615 M : Hijrah Pertama ke Habasyah
HIjarah pertama kaum muslim ke Habasyah, saat ini lebih dikenal dengan Ethiopia karena Muslim di Makkah ditindas, disiksa, dan dihina oleh kaum kafir Quraisy. Akhirnya, pada bulan Rajab 614 Masehi, sebelas pria dan empat wanita hijrah buat pertama kali dari Makkah. Mereka dipimpin Usman bin Maz`un. Rombongan ini meninggalkan Makkah di malam yang gelap dan menuju lautan saat dua kapal akan berlayar menuju tujuan mereka, Axum. Berita kepergian kaum Muslim ke Habsyah menggegerkan kaum Quraisy di Makkah, dan langsung bertindak mengirim bala tentara. Usaha mereka gagal, sementara rombongan hijrah telah meninggalkan Pelabuhan Shuaibah dan telah mencapai Habsyah, dilindungi oleh Raja Ashama ibn Abjar, yang lebih dikenal sebagai al-Najasyi.
Rombongan kedua, berangkat pada tahun 615 Masehi, terdapat 79 pria dan 9 wanita. Rombongan ini dipimpin Jaafar bin Abi Talib, satu-satunya pria dari Bani Hasyim yang hijrah.

Tahun 616 – 619 M : Boikot Quraisy terhadap Bani Hasyim
Selama tiga tahun pemboikotan itu berlangsung. Pemboikotan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim. Siapa pun dari keluarga Bani Hasyim dimusuhi, dilarang melakukan perdagangan dengan Bani Hasyim, dilarang menikahi mereka, dilarang memberi pekerjaan. Sehingga hal itu mengakibatkan kaum muslim dari Bani Hasyim terkucilkan. Adapun secara rinci isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat, berikut adalah isi surat perjanjian itu:
  1. Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam
  2. Kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam
  3. Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam
  4. Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang islam yang sakit
  5. Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur
  6. Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur bin Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap. Kemudian undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.

Tahun 619 M : Tahun Kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal
Nabi Muhammad Saw. benar-benar sedih ketika Abu Thalib yang menjadi pelindung utamanya meninggal dalam usia 87 tahun. Belum hilang kesedihannya, Khadijah, istrinya yang sangat ia cintai dan selalu mendampingi dalam perjuangannya selama ini juga pergi meninggalkan beliau untuk selamanya. Kesedihan yang sangat mendalam beliau rasakan atas kepergian kedua orang yang menjadi pembelanya. Karena itu, tahun ke- 10 kenabian ini disebut 'Am al-Huzn (tahun duka cita).

Tahun 620 M : Isra' dan Mi'raj
Isra’ dan Mi’raj, istilah tersebut pasti sudah tidak asing lagi buat kalian. Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra’, Nabi Muhammad Saw. “diberangkatkan” oleh Allah Swt. dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu, dalam Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha. Di sana lah beliau mendapat perintah langsung dari Allah Swt. untuk menunaikan shalat lima waktu.

Tahun 621 M : Bai'at Aqabah Pertama
Bai’at Aqabah adalah perjanjian yang dilakukan dengan Nabi Muhammad Saw. di Aqabah. Suatu saat, Nabi bertemu dengan 12 orang suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib. Nabi menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan agama Islam. Mereka pun menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi. Isi Bai’at tersebut adalah:
Ø  Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
Ø  Melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
Ø  Meninggalkan apa yang Allah larang.
Setelah pulang ke Yatsrib, mereka memberitahukan hal tersebut kepada penduduk lainnya.

Tahun 622 M : Bai'at Aqabah Kedua
Pada musim haji berikutnya, sejumlah penduduk dari Yastrib mendatangi Nabi di Aqabah. Mereka adalah 73 orang pria dan 2 orang wanita yang menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi pada waktu tengah malam, yang kemudian dikenal dengan Bai’at Aqabah Kedua. Adapun isi Bai’atnya adalah:
Ø  Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara mereka sukai maupun yang mereka benci.
Ø  Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
Ø  Untuk beramar makruf nahi munkar.
Ø  Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah.
Ø  Agar mereka melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.
Mereka juga meminta agar Nabi bersedia pindah ke Yatsrib untuk menghindari gangguan orang Quraisy. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman.

Tahun 622 M : Hijrah ke Madinah
Dua belas tahun sudah Nabi berdakwah, tapi kaum Quraisy tetap belum mau menerima Muhammad sebagai Rasul terakhir. Lebih kejam lagi, mereka berencana untuk membunuh Nabi. Maka, bersama Abu Bakar Nabi meninggalkan Makkah dan hijrah ke Yatsrib, 320 kilometer (200 mil) utara Makkah. Setelah Nabi hijrah, kota Yatsrib kemudian dikenal dengan sebutan Madinah an-Nabi (kota Nabi) atau Madinah al- Munawwarah (kota yang bercahaya).

Tahun 624 M : Perang Badar
Pertempurasn besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang. Meskipun jumlahnya tidak seimbang, pasukan Muslim mampu menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Tahun 624 M : Pengusiran Bani Qainuqa
Bani Qainuqa adalah satu dari tiga suku Yahudi yang tinggal di Yastrib, atau sekarang yang disebut Madinah. Mereka diusir oleh Nabi Muhammad Saw. karena melanggar perjanjian yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Piagam Madinah sendiri dibuat untuk mengatur kehidupan umat di Yastrib, baik itu untuk kaum Muslim maupun kaum Yahudi.
Pada suatu ketika, Ada seorang wanita Arab datang ke pasar Yahudi Bani Qainuqa' dengan membawa perhiasan. Ia sedang duduk menghadapi tukang emas. Mereka berusaha supaya si wanita memperlihatkan mukanya. Namun, wanita Muslimah itu menolak. Tiba-tiba, datang seorang Yahudi dengan diam-diam dari belakang, lalu mengaitkan ujung baju wanita itu dengan sebatang penyemat ke punggungnya. Dan ketika wanita itu berdiri, tampaklah auratnya. Mereka ramai-ramai menertawakannya. Kemudian, datanglah seorang laki-laki Muslim yang langsung menerkam tukang emas dan membunuh Yahudi yang bertindak kurang ajar itu. Orang-orang Yahudi yang lain datang ramai-ramai mengikat laki-laki Muslim dan membunuhnya.
Keluarga Muslim ini meminta bantuan kaum Muslimin dalam menghadapi pihak  Yahudi, yang selanjutnya menimbulkan bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Bani Qainuqa. Rasulullah kemudian meminta mereka agar jangan lagi mengganggu kaum Muslimin dan supaya tetap memelihara perjanjian perdamaian yang sudah ada. Kalau tidak, mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi peringatan ini tidak diindahkan oleh mereka. Akhirnya, Rasulullah memutuskan untuk mengusir kaum tersebut.

Tahun 625 M : Perang Uhud
Pertempuran Uhud terjadi kurang lebih sekitar setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Perang yang terjadi di dekat bukir Uhud tersebut melibatkan kaum Muslim dengan jumlah pasukan 700 orang dan 3.000 orang di pihak kaum Quraisy. Jumlah pasukan yang sama tidak seimbangnya dengan Perang Badar. Meski demikian, pasukan Quraisy tetap tidak bisa menguasai Madinah, mereka menyerah dan kembali ke Makkah setelah mengetahui Rasulullah masih hidup walaupun mereka berhasil merebut pos umat Muslim di atas bukit Uhud. Keberhasilan pasukan Quraisy hingga sampai di atas bukit semata-mata karena kelalaian pasukan Muslim yang tergoda dengan harta rampasan perang.
Memang, pasukan Muslim yang wafat lebih banyak dari pasukan Quraisy, pasukan Muslim berjumlah 70 orang, sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 23 orang. Namun, kemenangan tidak bisa dilihat dari jumlah pasukan yang gugur saja. Harus dihitung berapa total pasukan yang bertempur. Pasukan Muslim hanya 650 orang sedangkan pasukan kafir Quraisy 3.000 orang. Harusnya dengan jumlah pasukan sebesar itu, pasukan Quraisy tidak mungkin kalah. Tapi, mereka kehilangan 23 orang. Jika jumlah pasukan disamakan, berarti yang mati di pihak Quraisy lebih banyak.

Tahun 630 M : Fathu Makkah
Suatu ketika, kaum Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah dengan membantu sekutu mereka menyerang sekutu kaum Muslim. Mengetahui hal itu, Nabi segera menyiapkan sepuluh ribu pasukan Muslim untuk berangkat ke Makkah. Pasukan muslim memasuki kota Makkah tanpa perlawanan dari kaum Quraisy. Peristiwa itu disebut Fathu Makkah (pembebasan Makkah). Di Makkah, Nabi menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Setelah itu, Nabi menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Kemudian mereka mendirikan shalat berjamaah dengan dipimpin oleh Rasulullah Saw..

Tahun 630 M : Perang Hunain
Tahun 630 M : Penaklukan Thaif.




Tahun 631 M : Menguasai sebagian besar Jazirah Arab. 
Tahun 632 M : Perang Tabuk. 
Tahun 632 M : Haji Wada'. 
Tahun 632 M : Rasulullah Saw. Wafat.


Sumber: 
http://tagtag.com/nabi25/
http://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.comhttp://www.wikipedia.com

No comments: