Sunday, April 5, 2015

Bukan Review: Sang Alkemis (The Alchemist)

Judul: Sang Alkemis
Judul Asli: The Alchemist
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1988
Terj.: Juli 2014
Cetakan: keenam belas
Tebal: 216 hlm; 20 cm



Seorang teman merekomendasikan buku ini sekitar tiga tahun lalu, dan bagus sekali, saya baru selesai membacanya sekarang. Bukunya sih sudah sy punya dari lama, entah kenapa saya sulit tergoda untuk membacanya.



Tunggu! saya tahu persis penyebabnya, gak perlu pake kata 'entah kenapa' juga sih ya. Tentu saja saya lebih tergoda dengan bacaan sejenis teenlit atau metropop yang menawarkan mimpi dan khayalan indah--yang bikin pembacanya lupa kalau kenyataan gak semanis ending novel--itu. Namun kemudian, hidayah untuk menyentuh buku yang sebenarnya nggak tebel itu datang bersamaan dengan habisnya bahan bacaan di kamar.

Membaca 'The Alchemist'nya Paulo Coelho, saya merasa seolah sedang membaca buku kumpulan hikmah dan kata bijak. Tapi, serius, saya tidak mengada-ada. Di dalamnya terdapat banyak sekali kata bijak yang melebur bersama alur ceritanya yang menarik.
Untuk lebih meyakinkan, di sini saya akan menulis ulang atau istilah kerennya mengutip kalimat bijak tersebut. Mari kita lihat seberapa banyak mereka:

"Ceritakan lebih banyak tentang mimpimu" hal. 20

"Dalam hidup ini, justru hal-hal sederhanalah yang paling luar biasa; hanya orang bijak yang dapat memahaminya. Berhubung aku bukan orang bijak, aku mesti belajar keterampilan-keterampilan lain" hal. 22

"Itulah daya tarik berkelana baginya-- dia selalu mendapatkan teman-teman baru, dan dia tidak perlu bersama-sama mereka sepanjang waktu. Kalau kita bergaul dengan orang-orang yang sama setiap hari, seperti yang dialaminya di seminari, pada akhirnya kita menjadi bagian hidup orang itu. Lalu kita ingin orang itu berubah. Kalau orang itu tidak seperti yang dikehendaki orang-orang lain, maka orang-orang lain ini menjadi marah. Orang tampaknya selalu merasa lebih tahu, bagaimana orang lain seharusnya menjalani hidup, tapi mereka tidak tahu bagaimana seharusnya menjalani hidup sendiri." Hal. 23

"Kalau kau memulai dengan menjanjikan sesuatu yang belum kaumiliki, kau akan kehilangan hasratmu untuk berusaha memperolehnya." Hal. 34


"Selain hukum karma, ada juga hukum keberuntungan." (Simpulan)

"Sebab ada daya yang menghendaki engkau mewujudkan takdirmu; kau dibiarkan mencicipi sukses, untuk menambah semangatmu." Hal. 39

"Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan tetes-tetes air di sendokmu." Hal. 43

"Kalau kau sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya pasti akan bersatu padu untuk membantumu." Hal. 49


"Tapi, aku seperti orang-orang pada umumnya--hanya melihat apa yang ingin kulihat, bukan apa yang sebenarnya terjadi." Hal. 54

"Ada hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan, supaya kau tidak melarikan diri dari takdirmu." Hal. 55

"Tempat ini bukan lagi tempat yang asing, melainkan sekadar tempat baru." Hal. 56

"Pasti ada bahasa yang tidak bergantung pada kata-kata." Hal. 58

"Ini namanya hukum keberuntungan, keberuntungan pemula. Sebab kehidupan ini ingin kau bisa meraih takdirmu." Hal. 68

"Tidak setiap orang merasa bahagia kalau mimpinya menjadi kenyataan." Hal. 72

"Setiap berkah yang tidak kita hiraukan, berubah menjadi kutukan..... aku melihat hal-hal yang sebenarnya bisa kuraih, namun tidak hendak kulakukan." Hal. 76

"Kadang derasnya aliran sungai tak bisa dihambat." Hal. 77

"Jangan pernah berhenti bermimpi... ikutilah pertanda-pertanda." Hal. 80

"Mengambil keputusan barulah permulaannya. Saat orang mengambil keputusan, berarti dia menceburkan diri dalam arus deras yang akan membawanya ke tempat-tempat yang tak pernah dibayangkannya ketika dia pertama-tama mengambil keputusan tersebut." Hal. 88

"Semakin dekat seseorang dalam mewujudkan takdirnya, semakin takdir itu menjadi alasan sejati keberadaannya." Hal. 94

"Intuisi sebenarnya adalah peleburan jiwa dengan begitu saja ke dalam arus kehidupan universal, di mana sejarah semua manusia saling terkait, dan kita bisa mengetahui segalanya, sebab segalanya telah tertulis di sana." Hal. 96

"Manusia tidak perlu takut akan hal-hal yang tidak diketahui, kalau mereka sanggup meraih apa yang mereka butuhkan dan inginkan." Hal. 99

"Dan kalau kau tak bisa mundur lagi, kau hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk maju terus. Selebihnya terserah pada Allah." Hal. 100

"Segala sesuatu di bumi ini terus-menerus bertransformasi, sebab bumi ini hidup... dan memiliki jiwa. Kita bagian dari jiwa itu, itu sebabnya kita jarang menyadari bahwa jiwa ini bekerja untuk kita." Hal.102

"Setiap orang punya cara masing-masing untuk mempelajari sesuatu." Hal. 108

"Kalau sedang makan, hanya urusan makanlah yang kupikirkan. Kalau sedang berjalan, aku berkonsentrasi pada urusan berjalan. Kalau urusan aku mesti bertarung, mau mati hari apa pun tidak ada bedanya bagiku." Hal. 109

"Sebab aku tidak hidup di masa lalu ataupun masa depan. Aku hanya tertarik pada saat ini. Berbahagialah orang yang bisa berkonsentrasi hanya untuk saat ini." Hal. 109

"Masa depan adalah milik Tuhan, dan Dia-lah yang bisa mengungkapnya, dalam keadaan-keadaan tertentu..."
"Kalau kau menaruh perhatian pada saat sekarang, kau bisa memperbaikinya. Dan kalau kau memperbaiki saat sekarang ini, apa yang akan datang juga akan lebih baik. Lupakan soal masa depan, jalani setiap hari sesuai ajaran-ajaran yang telah kauterima..."
"Kalau Tuhan hendak mengungkapkan masa depan, alasannya hanya satu: masa depan itu telah digariskan untuk diubah." Hal. 133-134

Well, jumlah halaman buku ini 213. Itu berarti masih ada setengah lagi kalimat bijak yang harus disalin ke sini. Kutipan di atas berhenti tepat pada bagian si Anak Lelaki akan segera bertemu dengan Sang Alkemis.
Si Anak Lelaki ini tengah melakukan perjalanan melintasi padang pasir yang amat luas, menuju mesir, untuk menemukan impiannya. Impian mendapatkan harta karun yang-dikatakan-ada di bawah piramid-piramid itu. Tulisan ini belum selesai, masih banyak kutipan yang harus saya pindahkan. Tapi, ini sudah larut. Sebagaimana si anak lelaki dengan karavan itu yang sedang beristirahat di oasis Al-Fayoum, saya juga harus istirahat.

No comments: