Tuesday, November 10, 2015

30 Days #NoSmartphone



Tiba-tiba saja layar ponsel itu gelap. Saat dinyalakan kembali, hanya sampai reboot dan terlihat tulisan merk ponsel, udah gitu aja. Tidak bisa masuk ke server. Mau dimatiin lagi juga nggak bisa, jadi harus cabut batere. Baiklah, sepertinya ponsel saya rusak.


Ajaibnya, saya tidak terlalu kesal. Selain karena jadi punya alesan biar ga dikejar-kejar rentenir, maksudnya orang yang sedang saya hindari (berlagak punya fans), saya juga bisa menikmati waktu tanpa megang ponsel ke mana-mana. Dan entah kenapa malah merasa tenang,nyaman, damai, sejahtera, dan sebagainya. Well, mari kita nikmati dulu beberapa hari hidup tanpa dia, tunggu weekend ini baru ke service center.

Weekend tiba, sesuatu yang luar biasa, saya males mau benerin ponsel itu, sepertinya saya mulai terbiasa menjalani hidup tanpa benda kecil yang mengaku smart itu. Saya sangat menikmati waktu-waktu tanpa smartphone yang sudah berlangsung beberapa hari ini. Merasa punya waktu lebih banyak, lebih panjang, saya bisa menghabiskannya dengan membaca buku-buku yang--dibeli tapi--belum dibaca. Bahkan saya sampai membaca ulang novel-novel yang notabene (cailah!) sudah dibaca dan sudah saya lupakan ceritanya.

Selain itu, hal hebat lain yang saya lakukan adalah mencuci. Ya, mencuci pakaian kotor yang sudah menjulang setinggi everest di pojokan kamar. Saya juga tidak habis pikir kenapa cuciannya bisa sebanyak itu. Saking banyaknya sampai butuh beberapa kali dan beberapa hari untuk menghabiskan cucian itu sedikit demi sedikit. Puhh... capek juga, sih, tapi no problemo. Dengan demikian dan dengan hati riang saya tidak perlu mengeluarkan biaya jasa laundry. Hemat, hemat. Ngomong-ngomong masalah biaya dan kenyataan bahwa saya sudah cukup lama menikmati #NoSmartphone. Jadi, begitu weekend datang lagi, sebenernya saya sudah berniat buat benerin ponsel. Kemudian, saya sadar tanggal sudah tidak lagi muda, ini alasan utamanya, sih. Jadilah ponselnya belum saya benerin juga. Kesimpulannya, benerin ntar aja, tunggu gajian akhir bulan. Hiks.

"Susah bayangin Nina yang alay nggak punya hp."
Salah seorang teman berkomentar lewat chat di YM. Yap, selama 'masa indah' itu saya berhubungan dengan orang-orang hanya via YM dan email di komputer kantor sela-sela jam kerja.

Waktu-waktu luang sepulang kerja tidak lagi digunakan untuk berleha-leha sambil ngecek Line, WA, BBM--walaupun tahu nggak ada yang ngechat, atau buat balas-balas komentar di facebook dan twitter (hiks). Tidak lagi. Pulang kerja saya langsung mandi, poinnya, jadi rajin mandi sore, padahal biasanya harus mikir-mikir dulu dan perlu pertimbangan yang matang antara mandi sore atau ingin berkontribusi dalam kampanye charity water. Apalagi setelah lihat berita, kemarau panjang waktu itu mengakibatkan beberapa daerah sempat mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih. Kan, kasihan. (teteeup... alesann)

Hanya sesekali saya mengaktifkan sim card dengan meminjam ponsel teman. Itu untuk memberi kabar ke Bapak-Ibu. Sekaligus berharap ada sms masuk beruntun: "Nina ke mana?" "Nina, kok nomermu ga aktif?" "Nina bbm knp ceklis?" "Nina kamu baik-baik aja, kan? Aku Line, WA, BBM, kok ga dibales." "Nina, kamu masih di bumi?" "Nina, ke mana sih, kog ga ada kabar?" Sayangnya itu (hanya) khayalan fiktif belaka. Tidak ada yang merasa kehilangan orang seimut saya selain Ibu yang ngomel nanyain kenapa nomor nggak aktif. Eh, ada berarti, Ibu yang khawatir anak perempuannya nun jauh di sana kenapa-kenapa. Semoga beneran karena khawatir, bukan karena ga ada temen cerita di telepon, bukan karena ga bisa cerita kalau ada anak gadis orang di kampung yang dilamar laki-laki parlente, lalu disambung dengan pertanyaan "kamu kapan?" Semoga bukan karena itu. Meskipun begitu, sepertinya saya akan merindukan pertanyaan Ibu yang itu kalau saya beneran sudah menikah.

Lupakan kesedihan karena nggak ada yang nyariin tadi. Serius, beneran nggak ada yang nyariin sampai akhirnya ponsel saya sembuh. Ada sih, dua sahabat yang chat di Line (i lap you, buat kalian), banyak juga chat iklan dari beberapa official page (terima kasih sudah meramaikan). Tapi, mungkin ada banyak di BBM, di sana banyak yang berurusan sama saya, masalahnya BBM itu udah diinstal, tapi masih belom bisa dibukaaa. Jadi, hai warga yang di BBM kita beralih dulu ke Line aja, yuk!

Sekali lagi, saya benar-benar terharu, senang, bahagia, dan bersuka cita mengetahui kenyataan bahwa ternyata saya bisa juga hidup tanpa barang satu itu. Dan itu dalam rentang waktu cukup lama, tiga puluh hari, dikali 24 jam sama dengan 720 jam sama dengan 43.200 menit. Selama itu, tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia. Selain menghabiskan beberapa buku bacaan dan novel, juga beberapa halaman cerita sempat dituliskan lanjutannya, juga cucian tidak lagi menumpuk, kamar yang tidak lagi berantakan, bahkan saat-saat #NoSmartphone itu saya melakukan perjalanan ke Jawa Timur, menghadiri undangan pernikahan sahabat di lamongan, silaturrahim sekaligus nengokin teman yang habis melahirkan di Surabaya. Itu sesuatu. Selama di perjalanan saya tidak sibuk menghabiskan waktu ngutek-ngutek hp atau update status di medsos, saya malah ikut berbincang dengan bapak-bapak yang membicarakan krisis sepakbola di negeri ini, saya juga ikut mendengarkan keluh kesah para ibu tentang biaya sekolah anak yang semakin mahal, ikut mendengarkan seorang Ibu yang lebih tua berbagi pengalaman kepada Ibu muda yang tengah hamil.

Seolah belum cukup indah waktu yang saya lalui, weekend berikutnya saya pergi camping bersama teman-teman komunitas di gunung Puntang, wilayah kabupaten Bandung. Tentu saja saya tidak punya ponsel untuk jepret sana jepret sini. Tapi, saya jadi bisa benar-benar menikmati keindahan alam tanpa sibuk meng-updatenya di mesdod. Sungguh indah hidup tanpa ponsel pintar itu. Setelah ini, berharap saya bisa lebih pintar dari seonggok ponsel.

Oh ya, ada satu kekonyolan dari ini, apa coba? Setelah nunggu gajian yang tiba di akhir bulan itu, saya langsung cuss ke service center, ternyata mbak CSnya hanya memasang wajah biasa, seolah sudah terbiasa menghadapi masalah ini, dia tidak tahu kalau saya baru mengalaminya pertama kali dan sudah melewati beberapa rintangan hidup tanpa smartphone. Baiklah, dia memang tidak tahu. Akhirnya di sana cuma diinstal ulang dan NGGAK BAYAR.


#NoSmartphone selama bulan Oktober 2015
(30 Sep - 01 Nov)

No comments: