Thursday, April 19, 2018

Menyeret Langkah ke Puncak Tambora




Tepatnya 11 April 1815 atau lebih dari dua abad lalu, gunung Tambora yang asalnya memiliki ketinggian 4.300 mdpl mengalami letusan dahsyat hingga menenggelamkan tiga kerajaan (Tambora, Pekat, dan Sanggar) bahkan menyebabkan perubahan iklim dunia karena letusannya saja terdengar hingga pulau Sumatra dan abunya menyebar hingga benua Amerika dan Eropa. Mengakibatkan kematian, gagal panen, hingga kelaparan terburuk abad 19. Meski gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara, setelah letusan dahsyat itu, ketinggiannya berkurang menjadi 2850 mdpl pada puncak bibir kawahnya. Awalnya saya mengganggap remeh angka itu. Ah, segitu aja, tidak begitu tinggi, kok, bisalah saya ke sana. Seberapa, sih, itu. Kecil...

Jika kalian ingin mendaki, dan saat ini saya memang sedang menyarankan kalian untuk mendakinya. Kenapa? Tunggu, ini nanti mau saya ceritakan kenapa kalian yang ngaku anak gunung perlu ke sana, sekarang saya lanjutkan dulu. Apa tadi? Yap, untuk menuju puncak Tambora, kalian bisa melewati dua jalur pendakian, Pendakian Doropeti di Bima dan Pancasila di Dompu karena terletak di dua kabupaten, Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut) dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara). Ah, untuk lebih jelasnya kalian bisa gugling sendiri  lah... itu pun di atas saya nulis kembali hasil gugling, kok. Wkwk.

Well, jadi April tahun 2018 ini Bima dan Dompu memperingati 203 tahun letusan itu yang mereka rayakan sebagai Festival Tambora. Berbagai kegiatan diadakan mulai dari hiburan mengundang artis ibukota, mendaki bersama, membentangkan bendera merah putih hingga 203 meter di puncak bibir kawah, dan baaanyak lagi kegiatan seru lain yang digelar dari tanggal 8 hingga puncak acaranya pada 11 April lalu.

Awalnya saya ingin ikut mendaki pada saat perayaan festival tersebut, namun karena terkendala beberapa hal, tidak bisa dan akhirnya diajakin teman-teman yang juga ingin merayakan festival yang tertunda itu pada akhir pekan. Kami berangkat jumat siang tanggal 13 April dari Bima dan sampai gerbang pendakian Pancasila sekitar ba'da magrib. Agar bisa memulai pendakian besok pagi-pagi, kami menginap dulu jumat malam itu pada salah satu home stay di desa Pancasila.

Pendakian Perdana dan Impian




Bersambung....

No comments: