Panggilan akrabnya Pak Ustad,
pertama kali, saya menanyakan panggilan itu, kenapa dipanggil Pak Ustad? Eh,
dibilangin karena dia berjenggot. Oke, baiklah. Saya rasa itu bukan masalah.
Tapi, kayaknya semua yang ada di sini pada berjenggot, deh. Ya, sudahlah… kita
nggak usah bahas itu. Sekarang kenapa ujug-ujug ada Pak Ustad di sini, heh?
Jadi begini, setelah beberapa
bulan bermarkas di sini, saya dibuat salut sekaligus takjub melihat
semangatnya. Setiap pagi, saya suka nggak sadar memperhatikan setiap orang yang
masuk dari pintu ruangan. Kalau ruangan mulai ada tanda-tanda gempa bumi,
pastilah pak Ustad yang datang. Halah, ini siih lebay, yaa nggak segitunya
juga, sih. Tapi, beneran deh, kalau ada yang mengucap salam saat memasuki pintu
ruangan, yang sampe bikin meja dan kursi mau jawab salamnya, pastilah itu Pak
Ustad. Dengan gaya terburu-buru dan nggak ketinggalan tebaran senyumnya, Pak
Ustad menyalami yang ada di ruangan itu satu per satu, bukan jabat tangan
biasa, tapi plus gempa ringan, maksudnya diguncang-guncang. Yap, dia sedang
mengalirkan energi dan semangat positif ke temen-temen. Tunggu, untungnya Pak
Ustad nggak jabat tangan cewek, kalau sampai saya dijabat Pak Ustad, saya
langsung jet lag kayaknya, haha. Iya,
yang saya perhatiin selama ini, jika Pak Ustad menjabat tangan temen-temen
cowok. Dan itu keren tentu saja. Melihat orang lain yang bersemangat seperti
itu, kita bisa ikut bersemangat. Tapi, kalau ada yang kedatangannya saja bahkan
tidak terlihat apalagi terdengar, itu tuh yang menakutkan. Bukan kah itu serem?
Tiba-tiba saja sudah duduk di belakang meja tanpa kita tahu kapan dia datang.
Hii…serem, kan?
Biasanya itu tergantung jam kedatangan juga, sih, kalau misalnya telat,
biasanya suka nyelinap diem-diem kayak kucing, eh, atau jangan-jangan emang itu
si kucing beneran, si uban? Tapi, itu nggak berlaku untuk Pak Ustad. Jam berapa
pun dia datang, dia selalu datang dengan semangat empat lima. Bener-bener salut
deh buat atasan yang satu ini.
No comments:
Post a Comment