Pernah denger ungkapan "Buku adalah jendela dunia"?
Sebuah rumah biasanya tidak hanya memiliki jendela. Ada juga yang namanya pintu. Jika buku adalah jendela. Lalu, di mana pintunya?
Coba kita lihat dulu fungsi keduanya, jendela biasanya berfungsi untuk melihat ke luar. Jika ada yang melihat ke dalam melalui jendela, berarti orang yang sedang mengintip, atau jika ada yang masuk melalui jendela, biasanya pencuri. Poinnya, melakukan sesuatu untuk melewati atau melintasi jendela, cenderung bermakna negatif. Lupakan dulu kondisi darurat semisal ada kebakaran atau apa, lalu masuk atau keluar melalui jendela untuk menyelamatkan nyawa. Ini fungsinya dalam kondisi normal. Selain untuk melihat ke luar, keberadaan jendela juga berfungsi agar cahaya matahari dan udara dapat masuk dan menerangi rumah. Begitu juga harusnya buku berfungsi. Untuk melihat ke luar, dan kita biarkan hal-hal serupa sinar matahari dan udara segar tadi untuk masuk.
Kemudian, pintu. Fungsi pintu pada rumah digunakan untuk masuk (dan keluar). Nah, kalau ada yang melihat ke luar melalui pintu dan nongkrong lama-lama di sana, tunggu saja ditegur dengan kalimat yang tingkat kehororannya melebihi Suzana, "Nggak baik duduk di pintu, nanti susah jodohnya" horor, kan? Istilah orang Jawa itu 'pamali' dan istilah orang Bima 'bumali'. Halah. Well, yang jelas, larangan para orang tua dan leluhur ini memang ada benarnya. Duduk-duduk di pintu tentu saja tidak baik karena dapat menghalangi orang lain yang keluar-masuk. Baiklah, tampaknya segala sesuatu yang berkaitan dengan jodoh memang bisa menjadi momok menakutkan sehingga mereka memanfaatkannya sebagai alat untuk mengancam siapa saja yang belum menemukan jodoh. Kalau begitu, bagi yang sudah bertemu jodohnya, tidak masalah duduk di pintu? :D Oh, itu saya kurang tahu. Oke, oke, baiklah, tidak akan bahas jodoh lagi. *angkattangan :P
Perumpamaan melihat ke luar melalui pintu jika di-negatif-kan memang terkesan maksa. Tentu saja pintu rumah juga berfungsi untuk melihat ke luar, melihat ke dalam, untuk keluar rumah, masuk rumah, di baliknya adalah tempat yang aman buat sembunyi, buat gantung pakaian, lokasi favorit saat main hide and seek, lokasi strategis untuk mengekspresikan cii luk baa!, sebagai perkakas kemarahan yang ampuh, marah? emosi? banting saja pintu, semua orang akan tahu kamu sedang marah. Pintu juga bisa digunakan untuk membuat kepala benjol, menjepit tangan, memenggal leher, menyekap orang, menyekap kucing, mengerjai yang berulang tahun, buat kipas-kipas juga bisa, tempat bergantungan (biar tinggi), salto, kayang, dan lain sebagainya. Ada yang lebih klasik, pintu juga bisa dibawa-bawa. Hikayat Nasruddin bercerita saat istrinya (atau emaknya, ya? Lupa. Hee) akan keluar rumah, sebelum pergi ia meminta Nasruddin untuk menjaga pintu rumah. Nasruddin benar-benar menjaganya. Ia tidak beranjak dari sana. Namun, beberapa saat kemudian, Nasruddin ada keperluan, sebelum keluar rumah, ia melepas pintu itu dan membawanya pergi bersamanya. Pelajaran berharga dari Nasruddin adalah ternyata kita bisa membawa pintu ke mana-mana. :D
Well, kembali ke ungkapan "buku adalah jendela dunia", ingat! Buku adalah jendela. Buku bukan pintu. Pintunya adalah hati. Ya, hati. #ahem. Bukalah keduanya (buku dan hati) agar kamu dapat menghirup udara segar.
#BukanHariBukuNasional #HariPintuNasional
#HariJendelaSedunia
*nemu tulisan "buku adalah pintu ilmu pengetahuan" (mungkin dia ngarang)

No comments:
Post a Comment