Friday, July 5, 2013

Review Film

Wedding Dress





Sudah nonton film wedding Dress? Kalo belum, saya rekomendasikan. Ini salah satu film yang harus ditonton, khususnya untuk para sutradara film Indonesia. Kenapa? Karena ekting pemain-pemainnya keren beuudd. Film ini berhasil bikin saya nangis. Bayangin! Cuma sebuah film! Oh, it’s so shame, embarassing. Seumur hidup, saya belum pernah nangis sampe tersedu-sedu cuma karena nonton film, se-menyentuh apapun film itu. Temen saya banyak yang meneteskan air mata waktu nonton film Titanic, dari mana coba sedihnya film Titanic? Adalagi yang nangis waktu nonton film Haciko. Emang sih menyentuh, tapi gak sampe bikin saya nangis kayak waktu nonton film ini. Film ini bisa ditonton segala usia, tua-muda, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan kakek-nenek ato orang tua jompo.

Oke, kalian masih nggak bergegas buat nyari ato download film ini sekarang juga? Saya nggak tanggungjawab kalo kalian bilang kenapa nggak ngasih tau dari. Karena saya baru aja merekomendasikannya. Setidaknya saya berani jamin, kalian nggak akan menyesal membuang waktu 1 jam 46 menit untuk menghabiskan film ini.
Hedeh, saya nggak dibayar oleh siapa pun buat iklan ini. Jadi, nggak perlu ditanyakan itu, meskipun just kidding. Buruan nonton filmnya! Baiklah, masih belum bergegas juga? Sekarang saya buatkan reviewnya aja dulu.

Wanita itu terlihat sudah kepala tiga, bukan, bukan siluman, maksud saya usianya sudah sekitar tiga puluhan. Ia bekerja sebagai desainer gaun pengantin, mempunyai seorang anak perempuan sekitar 7 tahun, So Ra. Ayah So Ra sudah meninggal, jadi dia membesarkan So Ra seorang diri. Namun, ia tidak menyadari bahwa dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga So Ra tumbuh menjadi anak yang mandiri. Karakternya dingin. So Ra tidak memiliki teman. Teman-teman di sekolah dan di tempat les balet menjauhinya. Suatu ketika So Ra membuat seorang temannya malu karena ia tidak suka saat temannya itu meminum minumannya dan mengatakan temannya miskin. Sebenarnya, So Ra hanya merasakan kalo hal itu (berbagi minuman) termasuk hal yang jorok. Meskipun tak ada yang mau berteman dengannya, So Ra tak pernah ambil pusing.

Mama So Ra bukan tidak pernah memperhatikannya. Karaternya hangat dan sangat menyayangi So Ra. Ia memang tidak pernah memasak untuk So Ra, mereka selalu makan dan ikut berkumpul di rumah keluarga Paman Sora, keluarga itu baik dan dekat dengan mereka. Sampai suatu ketika, Mama So Ra tiba-tiba pingsan, tidak ada yang tahu ternyata selama ini ia menyembunyikan sebuah penyakit yang sudah stadium akut, kanker lambung. Ia sering muntah sembunyi-sembunyi dan menanggung penyakitnya sendiri. Bersikap seolah sehat, normal, dan ceria di depan orang lain.

So Ra terlalu cerdas untuk tidak mengetahui kalau mamanya mengidap penyakit mematikan. Anak itu akhirnya tahu meskipun seluruh keluarganya mencoba menyembunyikan. Tapi, apakah Mama So Ra benar-benar akan meninggal? Silakan ditonton sendiri lanjutan kisahnya. Sungguh, kalian akan dibuat menangis tersedu-sedu, karena ekting pemeran So Ra dalam film ini sangat menyentuh dan natural. Tidak seperti kebanyakan film yang sedihnya keliatan banget dipaksa, nangisnya dibuat-buat. Tapi, sumpah! asli, ektingnya So Ra keren banget. Dia nangis seolah tidak ingin nangis. Menangis beneran yang ditahan-tahan. Buat saya, di sini letak keistimewaannya. Selamat nonton ^_^


No comments: