CerMin: and everyday so tremble
ketika
tak ada kata terucap, diam mampu ungkapkan apa yang tak terkatakan.
memang, tak semua bisa memahami, tapi sahabat selalu mengerti.
33 minutes ago via BlackBerry Smartphones App.
aku terkesiap membaca status terakhir yang tertera di laman home
facebookku. jika orang lain yang menulisnya, aku pasti mengklik 'like',
tapi status itu tertulis dengan namamu di sampingnya. nama yang bahkan
membuat jantungku melompat hanya dengan melihat tulisannya, nama yang
membuat aku sendiri merasa seolah lebih hebat dari dokter spesialis
saraf karena bisa mendengar aliran darahku yang berdesir. itu tentang
nama yang tertulis. lain lagi ceritanya jika namamu terdengar. lebih
gila lagi jika kamu sendiri yang nampak di depan mataku. aku tak bisa
berbuat apa-apa selain segala tingkah yang mengharapkan komentarmu,
minimal tanggapan baik dalam hatimu, tak perlu terucap, tak masalah.
lebih indah lagi jika tingkahku bisa membuat ujung bibirmu melengkung
senyum. tapi, jangan! itu bahaya! aku tidak akan bisa tidur
berhari-hari.
apakah aku terlalu memujimu? jangan ge'er! itu
bukan pujian, itu kekacauan yang kau timbulkan. sekarang, apa? kau
menulis status seperti itu untuk menghiburku? tidak, itu tidak perlu,
cukup dengan kau berada di dekatku, itu sudah membuatku bahagia, teramat
bahagia.
memang, kurasa kita tidak perlu berkata apa pun,
karena saat kau di sini dengan diam saja, aku sudah mendengar banyak
hal, entahlah.
tapi, tak tahukah kau? delapan ratus detik kau berada
di dekatku pun, aku tak tahu ingin berkata apa, tak ada, sungguh tak
ada. aku menguras otak mencari bahan pembicaraan yang bisa mencairkan,
tetap tidak ketemu. namun, begitu detik ke delapan ratus satu, jutaan
kata, kalimat, pertanyaan, dan cerita ingin aku sampaikan. sayangnya,
sedetik yang lalu kau pergi. aku ingin berteriak 'jangan pergi'
mulutku terkunci, jangankan mulut, mataku pun tak berani menatapmu.
dan status itu, bukankah tiga puluh lima menit yang lalu kau masih duduk di sini?
[shoes: 131213]
-np-
nb: sengaja pake huruf kecil semua kecuali tulisan BlackBerry. *gaktaukenapa*
and everyday so grab
(genre: fiksi)
''hehh ... !''
''loh???'' aku bahkan tak sadar mulutku menganga. terkejut, shock, dan salah tingkah tentu saja. apa lagi?
tidak! tidak mungkin!
aku
tak tahu apakah malaikat atau setan yang turut terlibat dalam hal ini.
yang jelas, aku tidak bisa berhenti tersenyum hingga hari ini. terima
kasih telah datang kembali, untuk mengatakan selamat tinggal, setelah
kau pergi tanpa sepatah kata tadi. tunggu! benarkah itu? aku tak yakin.
sialnya,
aku tak peduli apakah kau datang kembali setelah membaca postingan ini
atau semua itu hanya kebetulan. aku berharap yang pertama tentu saja.
tapi, tidak! tidak! jangan sampai itu terjadi. kau tidak boleh lebih
banyak tahu. ah, lagipula itu tidak mungkin terjadi. untuk apa juga kau
datang untukku, kau pasti ada keperluan lain, dan semua ini hanya
kebetulan, iya, kan?
di
luar sedang hujan ternyata, gerimis, tapi aku nekat menerobosnya. tidak
langsung pulang ke rumah. aku terlalu bahagia untuk tidak membaginya
pada dunia. akhirnya kuputuskan untuk ke toko buku. tersenyum pada
tukang parkir, pada penjaga tempat penitipan barang. bahkan setelah di
dalam toko buku, ada dua orang pelanggan menghampiriku untuk menanyakan
letak buku yang mereka cari. apakah aku begitu terlihat seperti
mbak-mbak pramuniaga? tapi, tak masalah, aku sedang bahagia dan dengan
senang hati membantu mereka menunjukkan letak buku itu. ya, aku sudah
menghafal dimana tempatnya.
''anaknya berapa tahun, pak?''
''untuk yang 4 tahun, mbak.''
''oh,
kalo untuk pra-sekolah, di sini pak, nah, ini, ini, ini juga bagus!''
aku menunjukkannya beberapa buku dengan gaya sok tahu yang nggak
ketulungan. untungnya si bapak terlihat senang dan berterima kasih. duh,
gusti ... apa yang sedang kulakukan? aku pasti sudah gila.
cukup
lama mengobrak-abrik rak demi rak, tidak jelas apa yang sedang kucari.
tapi, yang jelas senyum tidak bisa hilang dari wajahku. jika ada yang
melihat, mungkin aku sudah disangka orang gila, minimal stres atau
depresi.
tak
terasa waktu berjalan begitu cepat. alunan lagu galau yang terdengar
sejak tadi, tiba-tiba berubah jadi suara announcer. maksudku bukan
announcer seperti penyiar radio atau sejenisnya. tapi, itu suara
karyawan toko yang 'mengusir' pelanggan, karena sudah waktunya toko akan
ditutup. ya ampun, ini sudah yang ke berapa kalinya. aku merasa harga
diriku diinjak-injak. kenapa aku diusir terus dari sini.
meski
agak bete karena diusir, aku tetap tersenyum riang pada kasir saat
menerima kembalian. ingat! suasana hatiku sedang berkupu-kupu. tapi,
senyumku langsung berubah dengan ekspresi yang tidak terdefinisikan
begitu mataku menangkap sosok yang duduk di dekat pintu keluar toko. dan
dia tersenyum padaku.
''oh my God !!!''
''ada apa, mbak?'' tanya penjaga tempat penitipan barang khawatir.
''ah,
eh ... nggak, nggak pa pa!'' aku menggeleng canggung sambil menerima
tasku. tapi, raut wajah penjaga itu tidak berubah, dia mengikuti arah
pandangku. aku tidak peduli dan meninggalkannya. lalu, berjalan
menghampiri orang yang sepertinya tak asing.
''dari kapan di sini?''
''dari tadi.''
''ngapain?''
''duduk.''
aku langsung berjalan meninggalkannya. aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. benar, aku pasti sudah gila.
''adaaoww!!!''
sakit, aku mencoba mencubit pipiku mengikuti adegan di drama-drama itu.
sepertinya aku baru saja berbicara dengan hantu. untuk meyakinkan diri,
aku menoleh lagi ke belakang. nahh, benar, kan? dia tidak ada. aku
kecewa dan hampir menertawakan diri sendiri karena sempat-sempatnya
berkhayal. tapi, begitu aku berbalik, aku terkejut bukan main. hantu itu
sekarang tepat di depanku! dan hantu itu dirimu. aku tidak bisa
berteriak atau mengatakan sesuatu. aku harus pingsan, ya aku harus
pingsan. tapi, tidak bisa pingsan juga. aku terperanjat. belanjaanku
tidak jadi jatuh karena kau cepat sekali mengambilnya. sial, kau sengaja
membuatku kaget.
''kenapa kamu suka pulang malem-malem?''
aku
tidak bisa menjawab, masih shock. ''beli apa lagi, nih?'' kau membuka
kantong belanjaanku, ''jangan boros-boros!'' deg! kenapa kau tiba-tiba
menatapku? kepalaku langsung tertunduk. menatap sepatumu, warnanya
coklat, itu warna kesukaanku. ah, sungguh menyedihkan! masih
sempat-sempatnya aku berpikir dan menghubung-hubungkan sepatumu dengan
warna kesukaanku.
kau
masih berdiri di depanku, tanpa berbicara lagi, kau diam, aku pun tak
tau harus mengatakan apa. kenapa kau diam? entah apa yang sedang kau
perhatikan, yang jelas aku tidak berani mengangkat kepala, mataku masih
melekat pada sepatumu. ''ya sudah, hati-hati di jalan.'' kau menyerahkan
kantong itu, lalu pergi meninggalkanku begitu saja. aku masih terpaku
posisi yang sama selama beberapa detik, mendengar kau menstarter sepeda
motor, setelah memastikan kau benar-benar sudah tidak ada di sana, baru
aku berani mengangkat kepala.
''pak, tadi bapak lihat, kan, orang yang bicara sama saya?''
''maksudnya, yang tadi? karyawan yang ngasih belanjaan si neng yang ketinggalan tadi? iya, lihat. kenapa, neng?''
''ah,
gak apa-apa. terima kasih, pak.'' kecewa, tentu saja, aku hanya bisa
memukul kepala berkali-kali. ini masih sore untuk bermimpi. -NP-
No comments:
Post a Comment