Sunday, April 7, 2013

Tulisan pertama (mau ikut lomba)



Tulisan pertama, hm.. Tulisan pertamaku waktu SD, ya itu tulisan pertama. Waktu itu aku menulis puisi. Apa judulnya? Aku sudah tidak ingat lagi. Jadi, tidak mungkin aku ceritakan yang itu. Emm.. waktu MTs juga aku sebenernya sering nulis buat di Mading. Tapi, aku juga lupa nulis apa saja waktu itu, yang pasti bukan resep masakan atau tips mencontek yang baik, bukan. Well, aku akan menceritakan tulisan pertamaku waktu SMA aja, sedikit banyak aku masih ingat, insya Allah. Waktu itu aku lagi doyan-doyannya bikin cerita, lalu aku minta teman-teman di kelas untuk membaca dan memberi kritik, tapi aku tidak pernah mau terima kritikan. Terserah aku dong mau nulis kayak gimana, tulisan, tulisan aku sendiri kok, itu pikirku dulu. Tapi, aku senang sekaligus malu, mereka mau membacanya sampai selesai, pake ngantri malah. Sialnya, aku tidak tau mereka suka atau justru pengen muntah baca cerita-ceritaku. Aku juga tidak tau itu novel atau cerpen, soalnya kalo disebut cerpen terlalu panjang, kalo disebut novel juga terlalu pendek. Tuh kaan, mulai deh galau lagi.
Karena itu pula lah, waktu ada lomba membuat cerpen, teman-teman di kelas menyikut-nyikutku, menyebut-nyebut namaku, “Nina aja Pak, Nina aja. Dia suka nulis-nulis cerita. Ini kita udah baca lho pak. Pinter dia bikin cerita pak..” Kebiasaan yang susah dihilangkan waktu jaman sekolah itu adalah menyebut nama teman, walaupun diri sendiri pengen ditunjuk. “Siapa yang mau jadi ketua kelas?” “Joko pak, Joko aja. Dia rajin.” “Siapa yang mau bantu saya nulis di papan?” “Rani pak, Rani aja, tulisannya bagus.” “Siapa yang mau pulang duluan?” Naah.. kalo yang ini nggak ada yang nyebut nama teman “Saya pak, Saya!” “Kalau mau pulang duluan, jawab dulu pertanyaan saya!” Nah lho…
Oh, oke, kembali ke topik. Jadi, saat itu Pak guru bahasa Indonesia yang sekaligus merangkap wali kelas kami, langsung meminta ceritaku, katanya mau dibaca dulu. Wah, sial nih anak-anak. Tahukah kamu, aku nulis ceritanya dimana? Ya dibuku tulis lah, masa di buku gambar. Buku tulis yang cukup tebal dan sudah lecek itu akhirnya terpaksa kuserahkan tapi sambil merem, malu.
Keesokan harinya…
“Nina, ceritamu, terlalu wah. Buat cerita setting lokal saja. Tokohnya tidak perlu kamu bawa ke London.”
Gubrak! “Yah, tapi kan saya yang mau ke sana pak..” dalam hati. “Baik pak. Saya akan tuliskan cerita latar dan setting di kota ini saja.” Ini ucapan yang beneran keluar.
***
Tulisan saya yang diikutkan lomba mewakili sekolah itu, Alhamdulillah… akhirnya tidak lolos! Oke, mau cerita apalagi sekarang? Nggak ada, habis.


tiba2 buntu,,, :'(
 

No comments: